REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan Gunung Merapi di Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran pada Senin (25/2) dengan jarak luncur 1.100 meter.
Melalui akun Twitter resminya, BPPTKG menyebutkan luncuran awan panas itu pada pukul 11.24 WIB dengan durasi 110 detik yang mengarah ke Kali Gendol. Awan panas tidak teramati dari CCTV BPPTKG karena cuaca berkabut. Awan panas guguran dan guguran lava berpotensi menimbulkan hujan abu, sehingga warga Merapi diharap tetap tenang serta selalu mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik, tulis BPPTKG.
Sementara itu, pengamatan BPPTKG mulai pukul 00.00-06.00 WIB menyebutkan adanya aktivitas kegempaan di gunung api itu. Gempa guguran tercatat empat kali dengan amplitudo 3-40 mm yang berlangsung 23.7-75.8 detik, gempa hembusan satu kali dengan amplitudo 5 mm selama 20.2 detik, gempa frekuensi rendah satu kali dengan amplitudo 4 mm selama 15 detik, dan gempa hybrid satu kali dengan amplitudo 11 mm selama 11.4 detik. Selanjutnya pengamatan BPPTKG pukul 06.00-12.00 WIB menyebutkan berdasarkan data seismik terekam 9 kali gempa guguran dengan durasi 17-81 detik.
Menurut analisis morfologi kubah lava Gunung Merapi yang dirilis BPPTKG untuk periode 8 hingga 14 Februari 2019, volume kubah lava gunung itu relatif sama dengan data pekan sebelumnya yakni mencapai 461 ribu meter kubik dengan laju pertumbuhan 1.300 meter kubik per hari. Kubah lava masih stabil dengan laju pertumbuhan yang masih rendah, rata-rata kurang dari 20 ribu meter kubik per hari.
Hingga saat ini, BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada level II atau Waspada. Untuk sementara, tidak merekomendasikan kegiatan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana.
BPPTKG mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi. Berhubung telah terjadi beberapa kali awan panas guguran yang jarak luncurnya semakin jauh, BPPTKG mengimbau masyarakat yang tinggal di kawasan alur Kali Gendol meningkatkan kewaspadaan. Masyarakat di kawasan itu juga diminta mewaspadai bahaya lahar hujan terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak Gunung Merapi.