REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Venezuela telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Kolombia pada Sabtu (23/2). Hal itu dilakukan karena Kolombia berupaya membantu Amerika Serikat (AS) menyalurkan bantuan kemanusiaan di wilayah perbatasannya dengan Venezuela.
"Kami memutuskan hubungan diplomatik dengan Kolombia," kata Presiden Venezuela Nicolas Maduro dalam sebuah rapat umum yang diselenggarakan di Caracas, dikutip laman kantor berita Rusia TASS. Maduro mengatakan para diplomat Kolombia memiliki waktu 24 jam untuk meninggalkan negaranya.
Pada kesempatan tersebut, Maduro mengatakan upaya kudeta yang dilakukan kelompok oposisi terhadap dirinya telah gagal. "Upaya kudeta di Venezuela gagal. Apa yang telah kalian capai selama 30 hari destabilisasi ini? Tidak ada!," ujarnya.
Ia menegaskan akan tetap memimpin pemerintahan Venezuela dan berpihak pada kepentingan rakyat seperti yang diamanatkan konstitusi. Maduro mengatakan hal itu telah menjadi komitmennya. "Saya siap memberikan hidup saya untuk itu," kata dia.
Sementara itu Pemerintah Kolombia mengatakan akan sesegera mungkin memulangkan para diplomatnya dari Venezuela. "Demi keamanan para diplomat Kolombia, mereka akan menuju ke Kolombia sesegera mungkin," kata Menteri Luar Negeri Kolombia Carlos Holmes Trujillo.
Dia mengatakan, pemerintahan Maduro akan memikul tanggung jawab atas tindakan agresi yang dilakukan selama berjam-jam atau berhari-hari terhadap para diplomatnya yang kini berada di Caracas.
Maduro diketahui telah menolak bantuan kemanusiaan yang disalurkan AS melalui perbatasan Kolombia-Venezuela. Dia mengklaim pendistribusian bantuan itu merupakan bagian dari rencana AS untuk meningkatkan citra di negaranya.
Namun pemimpin oposisi Juan Guaido menerima dan menghimpun bantuan tersebut di wilayah perbatasan, tepatnya di Cucuta. Menurut Guaido, relawan Venezuela akan membawa bantuan melintasi perbatasan pada Sabtu (23/2).
Guaido menilai, bantuan kemanusiaan yang diberikan AS memang sangat dibutuhkan negaranya. "Anak-anak kelaparan dan hampir setiap rumah sakit di Venezuela kekurangan obat-obatan," ujarnya.
Pada 23 Januari lalu, Guaido memproklamirkan dirinya sebagai presiden sementara Venezuela. Hal itu dia lakukan setelah ratusan ribu warga di sana menggelar demonstrasi menuntut Maduro mundur dari jabatannya.