REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) konstruksi, PT Wijaya Karya (Persero) atau WIKA tengah membangun jalan dan jembatan gantung di Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Papua Barat. Pembangunan itu, untuk membantu penanganan darurat bencana virus campak dan gizi buruk yang menerpa warga setempat.
Manajer Proyek Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan, WIKA, Eko Suranto Putro, mengakui pembangunan dua jalan dan jembatan di Asmat amat berat. Sebab, kondisi medan yang sangat terpencil membuat alat-alat berat sulit memasok bahan baku.
“Beratnya medan dan bentang alam yang luar biasa lebar sangat berimplikasi pada proses perjalanan pembangunan infrastruktur di Asmat,” kata Eko dalam keterangan tertulis kepada Republika.co.id, Sabtu (23/2).
Hambatan pertama, kata Eko, yakni kondisi tanah sekitar area pembangunan yang masih berupa rawa. Ia mengatakan, tanah rawa hampir dijumpai di seluruh sudut daerah Asmat. Alhasil, membuat kebutuhan air bersih ikut sulit.
Hambatan kedua, yakni perlunya upaya keras untuk dapat mendistribusikan material proyek. “Material beton precas di produksi oleh PPB WIKA Beton di Pasuruan, Jawa Timur. Butuh effort luas biasa untuk membawa beton dari Pasuruan hingga Asmat yang terpencil,” ujar dia.
Ketika material beton precast tiba di Asmat, tim nyatanya belum terbebas dari hambatan medan. Eko mengatakan, distribusi beton dari Asmat ke titik nol pembangunan memilih menggunakan sungai sebagai penghubung.
Hanya saja, ketika dilakukan pengecekan, kedalaman air sangat rendah dan amat bergantung pada kondisi pasang surut air laut. Alhasil, hanya kapal bermuatan kecil yang bisa melintas. Hal itulah yang menjadi hambatan ketiga.
Beruntung, kata Eko, manajemen proyek yang ditopang langsung oleh para insinyur muda berusia 25 tahun justru memberikan ide-ide kreatif untuk mengatasi hambatan tersebut.
Untuk hambatan air bersih, Eko mengatakan, para petugas lapangan mensiasati dengan membuat bak-bak dan kolam penampungan air hujan yang tersebar merata di lokasi proyek. Selain itu, tim juga akhirnya melakukam pembelian air bersih dari distrik lain dengan menggunakan kapal kayu.
Terkait pengiriman material beton. “Kita akhirnya bekerja sama dengan ekspedisi yang sudah berpengalaman rute Indonesia timur dengan kapal kargo berkapasitas 2.400 ton langsung menuju Agats,” ujarnya.
Sedangkan, hambatan distribusi beton dari Agats ke Asmat, tim melakukan distribusi pada rentang jam dua dinihari ketika air sungai tengah pasang.