REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wakil Presiden RI Jusuf Kalla kembali mengingatkan untuk tidak memilih pemimpin yang otoriter dan nepotisme. Sebab, menurut JK, kepemimpinan yang otoriter dan nepotisme, menjadi awal penyebab jatuhnya sebuah negara, seperti Venezuela dan Indonesia di era Orde Baru.
"Kita harus konsekuen untuk memilih pemimpin yang tidak otoriter dan tidak nepotisme, itu yang menjadi pegangan kita semua, sebagai contoh daripada bagaimana Pak Harto jatuh," ujar JK saat berbicara dalam forum silaturahim kiai muda di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (23/2).
JK melanjutkan, gelaran Pemilihan Presiden 2019 yang sudah dekat, hanya tersedia dua pilihan antara Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Namun Menurut JK sosok Jokowi yang paling bebas dari sikap otoriter maupun nepotisme.
Hal itu yang ia rasakan selama empat tahun menjadi pendamping Jokowi sebagai wakil presiden. Jokowi tidak pernah menunjukan sikap otoriter dalam setiap pengambilan keputusan.
"Saya ingin katakan saja, saya empat tahun bersama-sama dengan Pak jokowi, belum pernah satu kali pun kita bicara secara pribadi bicara tentang proyek. Belum pernah, kecuali untuk umum, untuk bangsa," ujar JK.
JK melanjutkan, Jokowi juga bersih dari unsur nepotisme. Sebab, tidak ada keterlibatan keluarganya sama sekali baik di politik dan ekonomi. Menurut JK, kedua putra Jokowi memiliki usaha masing-masing terlepas dari campur tangan sang ayah.
"Anaknya tidak ada yang bekerja untuk katakanlah proyek-proyek pemerintah. Yang satu bicara tentang berdagang pisang, yang satu berusaha di bidang martabak. Berbeda dengan zaman dahulu, punya proyek ini, punya proyek itu," ujar JK.
Karenanya, JK menilai jika kepemimpinan bebas nepotisme dan bebas otoriter berlanjut, ia optimistis Indonesia semakin maju. "Jadi insyallah, negeri ini akan aman apabila ini pemerintahan berlanjut tanpa dengan tadi ciri-ciri. Apabila ada ciri-ciri yang ingin nepotisme dan dan dengan otoriter itu awal kebangkrutan suatu suatu negara," katanya.