REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, kembali mengalami erupsi hingga dua kali. Kolom abu teramati setinggi kurang lebih 300-700 meter di atas kawah gunung berketinggian 3.842 meter di atas permukaan laut itu selama erupsi pada Jumat (22/2) pukul 16.31 dan 17.01 WITA.
"Erupsi Gunung ini terekam dua kali di seismogram dengan amplitudo maksimum 3-11 mm dan durasi selama 6 menit 53-380 detik. Ketinggian kolom abu hingga 700 meter itu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang dengan arah abu condong ke timur," kata Kepala Pos Pantau Gunung Agung, Dewa Made Merthe Yasa.
Gunung yang disucikan umat Hindu di Bali itu saat mengalami erupsi terlihat jelas. Karena teramati asap kawah bertekanan lemah hingga sedang teramati berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tipis hingga sedang di atas puncak kawah.
Selain itu, terekam dari data seismogram, Gunung Agung mengalami tremor harmonik satu kali dengan durasi 75 detik. Gung Agung sempat terpantau mengalami tektonik jauh hanya satu kali dengan amplitudo 3 mm dengan durasi 40 detik.
Sementara itu, Kasubid Mitigasi Gunung Agung Wilayah Timur dari PVMBG Badan Geologi, Kementerian ESDM, Devy Kamil, menambahkan dua kali erupsi Gunung Agung itu terjadi pada Pukul 16.31 WITA dengan ketinggian kolom 700 meter di atas puncak. Kemudian terjadi lagu pukul 17.01 WITA dengan ketinggian 300 meter di atas puncak.
"Dampak erupsi berupa lontaran maupun hujan abu di sekitar area kawah. Kolom erupsi teramati condong ke Timur. Namun arah angin sendiri mengarah ke Barat sehingga abu vulkanik berpotensi bergerak ke Barat," katanya.
Mengingat adanya abu vulkanik yang dikeluarkan, maka PVMBG juga mengeluarkan VONA dengan kode warna oranye supaya instansi terkait penerbangan udara dapat mengantisipasi lebih cepat. Analisis data komprehensif dari jaringan peralatan pemantauan Gunung Agung, kata Devy, menunjukkan bahwa dalam beberapa hari terakhir ini terjadi peningkatan aktivitas magmatik di dalam tubuh Gunung Agung, sehingga erupsi yang terjadi merupakan suatu keniscayaan dan wajar terjadi.
"Pascaerupsi ini, Gunung Agung masih tetap berpotensi untuk erupsi kembali. Tipe erupsi yang mungkin terjadi dapat bersifat efusif (aliran lava ke dalam kawah) maupun eksplosif (lontaran lava pijar maupun abu)," katanya.
Indikasi untuk terjadinya erupsi yang besar atau yang setara dengan erupsi pada November 2017 yang masih belum teramat. Saat ini status aktivitas Gunung Agung masih berada di Level III (Siaga) dan radius bahaya masih berada di dalam radius 4 kilometer.
PVMBG terus melakukan pemantauan 24 jam setiap hari untuk mengevaluasi ancaman bahayanya. "Masyarakat diimbau agar tetap tenang, namun tetap siaga dan mengikuti rekomendasi dari PVMBG," katanya.
Imbauan senada diungkapkan oleh Kepala Pos Pantau Gunung Agung Dewa Made Merthe Yasa. Ia mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Agung, para pendaki dan wisatawan agar tidak berada atau tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas di zona perkiraan bahaya di dalam radius 4 km dari kawah puncak gunung, karena sejumlah desa dilaporkan sudah terpapar abu vulkanik.
Zona perkiraan bahaya itu, bersifaf dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling aktual atau terbaru. "Saat ini PVMBG masih menetapkan gunung api itu dalam status siaga atau level III," ujarnya.