Jumat 22 Feb 2019 18:42 WIB

Polisi Terima Laporan Jurnalis Detikcom Peliput Munajat 212

Jurnalis Detikcom diduga mendapatkan kekerasan dan intimidasi dari oknum anggota FPI.

Rep: Mabruroh/ Red: Andri Saubani
Senandung Sholawat dan Dzikir 212. Warga mulai menempati lapangan Monumen Nasional, Jakarta untuk mengikuti acara Senandung Sholawat dan Dzikir Nasional, serta Do’a untuk Keselamatan Bangsa yang bertemakan malam munajat mengetuk pintu langit untuk keselamatan agama, bangsa dan negara, yang diselenggarakan MUI Provinsi DKI Jakarta. Kamis (21/2).
Foto: Republika/Dea Alvi Soraya
Senandung Sholawat dan Dzikir 212. Warga mulai menempati lapangan Monumen Nasional, Jakarta untuk mengikuti acara Senandung Sholawat dan Dzikir Nasional, serta Do’a untuk Keselamatan Bangsa yang bertemakan malam munajat mengetuk pintu langit untuk keselamatan agama, bangsa dan negara, yang diselenggarakan MUI Provinsi DKI Jakarta. Kamis (21/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kekerasan dan intimidasi terhadap jurnalis kembali terjadi dan kali ini dialami oleh jurnalis Detikcom dan CNN Indonesia TV yang melakukan peliputan acara Munajat 212 di Lapangan Monas, Jakarta, Kamis (22/2) malam. Sejumlah pihak mendesak agar kepolisian segera mengusut kasus kekerasan tersebut dan menangkap pelakunya.

Kasat Reskrim Polres Jakarta Pusat AKBP Tahan Marpaung membenarkan atas adanya laporan yang diterima pihaknya semalam. Laporan tersebut kata dia, telah diterima dan segara diproses oleh penyidik.

“Benar laporan sudah kami terima tapi dia (korban) belum diperiksa, mestinya kemarin (malam) kan harus diperiksa, saya kurang tahu alasannya mungkin kecapean kali ya, tapi nanti saya akan cari tahu kalau dari visum, nanti saya tanyakan,” kata Tahan melalui sambungan telepon dengan Republika, Jumat (22/2).

Menanggapi jal tersebut, Pemimpin Redaksi Detikcom Alfito Deannova mengatakan bahwa pihaknya telah membuat laporan beserta visum. Bahkan, reporternya yang sudah liputan sejak pagi harus terjaga dan menjalani pemeriksaan hingga subuh di Polres Jakarta Pusat

“Kami lapor semalam visum sampai subuh. (Hari ini) rep (reporter) kami istirahat karena seharian sama jelang subuh tadi bertugas. Dia sedang istirahat sekarang,” kata Alfito Deannova saat dikonfirmasi dalam pesan tertulis.

Wartawan Detikcom menjadi korban pemukulan dan intimidasi oleh oknum massa FPI saat meliput acara Munajat 212 di Monas. Dalam acara tersebut, korban yang merupakan jurnalis merekam peristiwa kericuhan yang terjadi dalam kegiatan munajat 212.

Pada saat itulah korban dipiting dan dipaksa untuk menghapus rekamannya. Korban bahkan dibawa ke ruangan dan intimidasi berlanjut.

Bukan hanya wartawan Detikcom, wartawan CNN Indonesia TV juga dipaksa menghapus rekamannya. Serta wartawan Suara.com yang mencoba melerai kericuhan pun harus kehilangan ponselnya pada saat kejadian.

Panglima Laskar FPI Maman Suryadi membantah ada intimidasi yang dilakukan anggota FPI terhadap jurnalis yang sedang bertugas meliput acara Munajat 212 di Monas pada Kamis (21/2). Dia mengklaim, semua media saat itu bebas melakukan peliputan.

"Kalau itu (jurnalis mendapat kekerasan dalam acara Munajat 212), saya belum dengar ya berita itu, karena situasinya mungkin cukup ramai ya. Tapi yang jelas, kalau media sih enggak ada kita tolak, enggak kita usir. Intinya media bebas-bebas saja mengambil berita semalam," kata dia saat dikonfirmasi, Jumat (22/2).

Bahkan, Maman mengatakan, ada media asing dari Australia yang ikut meliput agenda tersebut dan berlangsung dengan lancar. Menurut dia, kalau pun informasi terkait kekerasan terhadap jurnalis dalam agenda Munajat 212 benar adanya, maka mungkin itu terjadi karena ada kesalahpahaman.

"Mungkin ada kesalahpahaman kali ya. Yang jelas untuk peliputan tadi malam, tidak ada masalah. Semua media online ada di lapangan kok. Kita juga menjaga kondusivitas. Masalah media ini juga enggak kita intimidasi. Jadi sebenarnya enggak ada. Bebas-bebas saja semalam mau meliput," kata dia menegaskan kembali.

Maman menolak acara Munajat 212 disebut ricuh. Menurutnya, acara itu secara keseluruhan berjalan lancar.

"Cuma semalam itu, tim pengamanan itu banyak yang menangkap copet. Jadi kericuhan itu bukan kericuhan acara, tapi kericuhan karena adanya copet. Ada kelompok copet yang kita tangkap sampai ada enam orang," ucapnya.

In Picture: Munajat 212 untuk Keselamatan Bangsa dan Agama

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement