Kamis 21 Feb 2019 12:50 WIB

Sampah Terus Menumpuk di Pasar Sayati Bandung

Petugas kebersihan jarang mengangkut sampah yang menumpuk.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Ani Nursalikah
Pedagang Pasar Sayati Indah di Desa Sayati, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung kesal dengan sampah yang terus menumpuk dan tidak kunjung diangkut, Senin (28/1).
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
Pedagang Pasar Sayati Indah di Desa Sayati, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung kesal dengan sampah yang terus menumpuk dan tidak kunjung diangkut, Senin (28/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SAYATI -- Permasalahan sampah di Pasar Sayati Indah, Desa Sayati, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung seolah tak pernah selesai dan tuntas. Tiap waktu sampah cepat menumpuk dan berceceran. Bahkan, setelah operasi bersih beberapa kali yang dilakukan, sampah dengan cepatnya menumpuk.

Berdasarkan pantauan, di belakang pasar, sampah menumpuk di badan jalan. Akibatnya, akses jalan tidak bisa dilintasi baik dari jalur kanan dan kiri. Kemudian, bak sampah yang terisi sampah tergeletak di badan jalan.

Baca Juga

Aroma busuk tercium saat melintas di jalur tersebut, terlebih kondisi sampah yang basah dan jalan yang becek dan penuh lumpur. Beberapa kios terpaksa tutup karena lokasinya terhalang sampah. Meski begitu, masih ada kios yang buka.

Salah seorang pedagang, Evi (65 tahun) mengungkapkan, sejak 29 Januari lalu hingga 20 Februari, truk yang mengangkut sampah hanya sekitar enam ritase. Akibatnya, sampah kembali menumpuk. Selain itu, jumlah tenaga kebersihan yang ada di pasar hanya satu orang.

"Katanya hidroliknya rusak jadi nggak bisa angkut sampah. Petugas kebersihan juga satu orang, harusnya empat orang jadi biar bisa menyusun sampah (agar) nggak tercecer," ujarnya saat ditemui di Pasar Sayati Indah, Kamis (21/2).

photo
Sampah menumpuk lebih dari enam titik di kawasan perbelanjaan di jalan Kopo Sayati, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung.

Ia mengaku heran dengan alasan yang disampaikan petugas kebersihan. Sebab, jika mau mobil-mobil lainnya bisa digunakan untuk mengambil sampah tersebut.

Evi mengungkapkan jika permasalahannya adalah dana, dia ingin mengajak dinas terkait berembuk membahas permasalahan tersebut. "Kita bisa mengadakan penggalangan dana untuk menyelesaikan masalah sampah disini," katanya.

Evi mengaku bosan dengan kondisi pasar yang selalu dipenuhi sampah yang menumpuk. Dirinya berharap masalah sampah tidak berlanjut dan tidak sampai penuh ke jalan.

"Tiap operasi bersih beres, (tapi) empat hari kemudian sampah nggak diangkut ya jadi numpuk lagi," katanya.

Ia mengaku retribusi kebersihan masih diambil. Salah seorang pedagang lainnya, Deni (35), mengaku terpaksa membuka kios meski di depannya terdapat tumpukan sampah. Sumber keuangan keluarganya berasal dari usaha yang dilakoninya di Pasar Sayati.

photo

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement