REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Priyo Budi Santoso mengusulkan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) agar format debat pemilihan presiden diubah. Ia menyarankan agar debat selanjutnya menggunakan free fight atau tarung bebas sejak menit awal. Sehingga pertanyaan muncul murni dari kontestan bukan dari panelis.
Priyo mengatakan dengan tarung bebas di seluruh segmen diharapkan tidak ada lagi kecurigaan-kecurigaan. Misalnya, dicurigai menggunakan alat bantu, pertanyaan sudah bocor terlebih dulu. "Setelah kandidat menyampaikan visi misi, terus lawannya mengujinya. Sehingga di sini muncul ide dan gagasan orisinil dari para kandidat. Para kendidat harus menunjukkan bahwa mereka memiliki ide gagasan,” usul Politikus Partai Berkarya, saat diskusi di Media Prabowo-Sandiaga, Jakarta Selatan, Selasa (19/2).
Meskipun dalam debat free fight nanti tidak ada pertanyaan dari panelis tapi mereka tetap dibutuhkan. Namun, para panelis tidak untuk membuat pertanyaan-pertanyaan seperti biasanya, tapi hanya untuk membuat Term of Reference (ToR) atau panduan-panduan. Sehingga dengan adanya panduan dari panelis perdebatan nanti tidak keluar dari tema besar.
Maka dengan demikian, kata Priyo, bakal terlihat apakah kandidat ini benar-benar mengusai secara matang program-program yang akan dilakukan lima tahun ke depan. Bagi dirinya debat yang substantif itu penting, karena debat disaksikan oleh semua kalangan. Sehingga apa yang disampaikan oleh kandidat mudah dimengerti oleh masyarakat secara keseluruhan. "Usul ini akan saya sampaikan kepada KPU saat kita ada rapat nanti," kata Priyo.
Rencananya, pada debat ketiga akan dilaksanakan di tempat yang sama dengan debat kedua yakni di Hotel Sultan. Debat edisi ketiga hanya akan diikuti oleh masing-masing calon wakil presiden saja, yakni KH Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno. Adapun tema debatnya adalah pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial, dan budaya.