Selasa 19 Feb 2019 16:46 WIB

Saran Rektor UMB untuk Debat Capres Selanjutnya

Pemilih pemula atau kaum milenial harus diperhatikan para Capres.

Rep: Ali Yusuf / Red: Gita Amanda
Capres No 01 Joko Widodo dan Capres No 02 Prabowo Subianto berfoto usai debat kedua calon presiden pemilu 2019, Jakarta, Ahad (17/2).
Foto: Republika/Prayogi
Capres No 01 Joko Widodo dan Capres No 02 Prabowo Subianto berfoto usai debat kedua calon presiden pemilu 2019, Jakarta, Ahad (17/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Debat Calon Presiden (Capres) sesi kedua yang digelar, Senin (19/2) malam, di Hotel Sultan dinilai tidak memengaruhi masyarakat. Terutama pemilih pemula atau kaum milenial ketika isi debat capres malah menyerang personal.

“Debat ini kalau nuansanya jadi saling menjelekan tidak akan berdampak kepada masyarakat tentu tidak akan berdampak positif juga terhadap tanggal 17 April yang akan datang,” Rektor Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) Sakroni, saat ditemui di ruang kerjanya Senin (18/2) kemarin.

Baca Juga

Sakroni menuturkan, jika maksud debat itu untuk membuat kelompok masyarakat tertentu yang tadinya dianggap belum memahami program kerja dan visi misi masing-masing pasangan. Maka setelah melihat debat masyarakat diharapkan paham, maka tidak akan sampai jika melihat proses debat pada putaran kedua, pada Senin malam kemari.

“Malah saya kira itu jadi jauh sekali hasil akhirnya dari perbedabat itu,” katanya.

Karena sesungguhnya, kata Sakroni, yang dinginkan masyarakat buka semacam debat yang saling menyerang. Akan tetapi debat yang dapat mencerahkan baik dalam sisi agama, ekonomi, sosial, hukum dan politik.

“Masyarakat generasi milenial itu dia orangnya kritis tapi juga tidak mau dengan bombastis yang memberikan program muluk-muluk yang menurut dia tidak masuk akal,” katanya.

Bahkan menurut pendapat Sakroni, generasi milenial itu selektif dalam menentukan chanel dan ketika saat berada di depan televisi. Kaum milenial, kata Sakroni, lebih suka menonton televisi yang membuat perasaan bahagia bukan menonton televise yang penuh caci maki.

“Mohon maaf bagi generasi milenial melihat televisi itu bukan itu yang dia inginkan, menonton televisi itu yang menyenangkan bagi dia teserah apa itu. Kalau dia tidak senang tidak akan memperhatikan apa sih yang diperdebatkan, apa materinya itu tidak jadi perhatian mereka. Dan ini yang menjadi masalah,” katanya.

Untuk itu Sakroni meminta, para pihak yang terlibat dalam mempersiapkan debat capres baik di KPU, maupun masing-masing tim sukses pada pasangan calon harus lebih kreatif dan bijaksana mengemas format debat. Sehingga materi atau isi yang disampaikan capres atau cawapres dalam debat menjadikam masyarakat dewasa memandang masalah kebangsaan.

“Cukuplah dengan memperkaya nuansa penyebaran visi misi bagi mereka," katanya.

Sakroni menyarankan, masing-masing calon harus bisa memilah-milih teknik penyempaikan program kerja dan visi misnya saat menemui masyarakat di lapangan. Kalau visi misinya yang seperti ini cocoknya untuk kelompok masyarakat yang mana, khusus untuk kelompok generasi milenial tidak mesti sama dengan kelompok yang ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement