REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Provinsi Jawa Barat (Jabar) akan dorong pembangunan Pasar Digital yang belum terealisasi di sejumlah daerah. Menurut Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat Iwan Darmawan, hal ini dilakukan untuk menggenjot sektor pariwisata dan ekonomi.
Iwan menjelaskan, proyek ini pertama kalinya digaungkan pada Maret 2018 lalu. Rencananya ada 12 Pasar Digital yang akan dibangun di Jabar.
"Kita sedang dorong Kabupaten/kota membuat Pasar Digital," ujar Iwan kepada wartawan belum lama ini.
Menurut Iwan, yang sudah diluncurkan yaitu Pasar Cikundul di Kota Sukabumi, Pasar Sirnarasa Kabupayen Ciamis, Pasar Maya Asih Kabupaten Kuningan dan Pasar Tjengkir Gading Kabupaten Cirebon. Untuk pasar terakhir, akan diluncurkan ulang bersama Pasar Puri Bambu Bandung dan Pasar Gunung Padang Kabupaten Cianjur di 2019 ini.
Meskipun pasar digital, kata Iwan, ia memastikan, pihaknya tetap ingin menonjolkan ciri khas Jawa Barat, khususnya suku Sunda. Baik itu dari nama pasar hingga yang diperjualbelikan di pasar tersebut. Namun, identitas Sunda tersebut tidak selalu harus diwujudkan dalam atribut pakaian yang digunakan oleh para pedagang.
"Pasar digital itu bukan seperti BEC (Bandung Eletronic Center) menjual handphone. Tapi kawasan yang kita desain oleh masyarakat, misalnya menjual seperti makanan tradisional, tapi kemasannya kekinian," paparnya.
Untuk para pedagang yang menjajakan dagangannya di setiap Pasar Digital tersebut, kata Iwan, harus kaum milenial. "Nah yang jualannya harus milenial, bisa pake (celana) jeans tapi ke atasanya pake kebaya," katanya.
Dari beberapa Pasar Digital yang sudah diluncurkan, kata dia, ada yang sudah sukses dan ada yang masih terseok-seok. Karena itu, pihaknya akan menggenjot proyek ini agar pemanfaatnya bisa optimal dirasakan oleh masyarakat.
"Nah yang masih terseok-seok itu biasanya begini, masih ada pro dan kontra," katanya.
Hal itu, kata dia, biasa dalam pariwisata banyak terjadi. Jadi, ketika di dalam lapangan itu belum ada apa-apa, ketika sudah ada kunjungan ada uang, maka di situ banyak orang saling klaim.
Iwan mengatakan, pendekatan 3A (atraksi, aksesibilitas dan amenitas) menjadi konsep yang ditawarkan pada setiap pembangunan destinasi. Hal tersebut, diaplikasikan pula untuk pasar digital ini.
Dinas Pariwisata Jabar pun, kata dia, berupaya membangun destinasi agar seiring dengan pembangunan di sektor ekonomi. Salah satu harapannya dapat menyerap lapangan pekerjaan setempat.
"Kalau hanya membangun destinasi tidak bisa membangun ekonomi. Maka kita harus kapitalisasi dengan produk lain," katanya.