REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menilai pengoperasian New Yogyakarta International Airport (NYIA) dipaksakan. Hal ini diungkapkan karena akan beroperasinya NYIA untuk penerbangan internasional pada April nanti.
Humas PHRI DIY, Deddy Pranowo mengatakan, hal ini dapat menjadi 'pukulan balik' bagi pariwisata di DIY sendiri. Sebab, dengan tidak siapnya infrastruktur secara 100 persen saat dioperasikan, dapat menurunkan citra pariwisata DIY khususnya terhadap wisatawan mancanegara.
"Imagenya wisatawan, kok bandaranya seperti ini. Kalau kita sebagai pelaku pariwisata, lebih baik kalau semua infrastruktur itu sudah semuanya ready, baru dioperasikan," kata Deddy kepada Republika, Senin (18/02).
Untuk itu, semua infrastruktur harus diselesaikan sebelum dioperasikannya NYIA ini. Sehingga, dapat membawa citra yang bagus bagi pariwisata DIY itu sendiri.
Ia menganggap, pengoperasian penerbangan internasional pada April nanti terlalu dipaksakan. Sementara, tidak hanya infrastruktur, akses transportasi juga harus disiapkan untuk menunjang pengoperasian bandara.
"Seperti sekarang, belum siap tapi sudah dibuka (April nanti)," katanya.
Hal ini akan membuat kenyamanan wisatawan sendiri akan terganggu. Padahal, dengan menunggu penyelesaian NYIA akan meningkatkan kunjungan dan nilai pariwisata DIY itu sendiri di mata wisatawan.
Terlebih, DIY memiliki potensi wisata yang besar. Bahkan, dianggap memiliki potensi yang sama dengan Bali, bahkan lebih.
"Bandara baru NYIA itu menjadi angin segar bagi kita. Namun demikian, kita jangan terlena (memaksakan pengoperasiannya)," ujar Deddy.
Untuk itu, tidah hanya infrastruktur, masyarakat dan pelaku pariwisata juga harus disiapkan. Tentunya hal ini dilakukan agar dapat menunjang pariwisata DIY sehingga dilirik oleh wisatawan mancanegara maupun domestik.
"Kita harus memiliki strategi yang bisa menarik wisatawan itu untuk ke DIY. Dalam hal akomodasinya dan objeknya, ini yang harus dibenahi bersama," tambah Deddy.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Rahardjo mengatakan, dengan dipindahkannya penerbangan internasional ke NYIA, tidak akan merubah banyak kunjungan wisatawan. Untuk itu, berbagai persiapan dalam menunjang pariwisata pun harus dilakukan.
Mulai dari persiapan objek wisata, berbagai infrastruktur penunjang hingga transportasi dari bandara menuju destinasi wisata. Persiapan ini juga dilakukan dalam rangka penyelesaian NYIA 100 persen yang ditargetkan pada akhir tahun mendatang.
Singgih mengatakan, dengan adanya NYIA sendiri daoat menjadikan DIY sebagai destinasi utama wisatawan mancanegara. Tentunya hal ini dapat menggeser Bali, bahan Jakarta sebagai destinasi yang banyak dikunjungi saat ini.
"Menggeser Bali sangat mungkin. Kita berani bersaing juga dengan Jakarta dan sebagainya karena kita punya keunikan sendiri," kata Singgih.
Ia optimis mengatakan hal tersebut, karena potensi DIY dapat melebihi Bali. Tidak hanya wisata heritage, wisata pantai dan gunung pun dimiliki DIY.
"Paket komplit kita, industri kreatif juga berkembang. Kuliner juga luar biasa, destinasi digital juga banyak sekali," katanya.
Untuk menunjang itu semua, kesiapan dari sisi standarisasi juga harus dilakukan. Ia mengatakan, pariwisata di DIY setidaknya memiliki standar pariwisata tingkat ASEAN.
Pun dengan pemandu wisata dan akses transportasi juga harus disiapkan dengan baik. Sertifikasi penginapan pun juga tak kalah penting disertifikasi guna menunjang pariwisata DIY dengan beroperasinya NYIA ini.
"Kita adakan bimbingan dan uji sertifikasi pemandu. Ada peninjauan destinasi supaya nanti kalau ada turis asing masuk juga punya standar yang jelas, minimal ASEAN," lanjutnya.
Sebelumnya, Angkasa Pura 1 menyatakan NYIA akan mulai menerima penerbangan internasional pada April nanti. Artinya, akan ada enam penerbangan internasional dari Bandara Adisutjipto yang dialihkan.
Penerbangnan itu diantaranya, Air Asia dan Silk Air dengan rute Singapuran dan Kuala Lumpur. April nanti, operasional landasan akan diusahakan 100 persen.
Secara umum pembangunan NYIA disebut telah mencapai 36 persen. Verifikasi untuk siap atau tidaknya NYIA dioperasikan, akan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan pada 14 sampai 15 Maret 2019 mendatang.