Sabtu 16 Feb 2019 18:54 WIB

Duka Majid Soal Granat yang Menewaskan Anaknya

Lokasi permukiman warga memang saling berdekatan dengan Lapangan Tembak TNI

Rep: Imas Damayanti/ Red: Esthi Maharani
Polisi memasang garis polisi di lokasi terjadinya ledakan granat yang menyebabkan tiga anak menjadi korban di Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/2/2019).
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Polisi memasang garis polisi di lokasi terjadinya ledakan granat yang menyebabkan tiga anak menjadi korban di Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Duka Abdul Majid (45 tahun) akibat ditinggal anak bungsunya, Muhammad Ibnu Mubarok (10 tahun) terasa jelas dari suaranya. Saat dihubungi Republika, Sabtu (16/2), Majid menceritakan kronologis insiden ledakan granat yang menimpa anaknya saat bermain di Desa Cianteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, beberapa waktu lalu.

“Mendengar suara ledakan, saya langsung ke luar rumah. Saya masih ingat bagaimana anak saya bersimbah darah,” kata Majid dengan nada suara yang parau.

Baca Juga

Majid tak pernah menyangka, hari itu merupakan hari terakhir dirinya mendengar suara Si Bungsu Mubarok berteriak-teriak senang dalam permainan. Ketika ledakan terjadi, dia terhentak dan tak menyangka anaknya menjadi korban dengan kondisi tubuh yang mengenaskan. Tanpa pikir panjang, Majid segera melarikan anaknya ke rumah sakit dan segera berteriak meminta bantuan. Namun nahas, karena kondisi yang terlalu parah, kata dia, nyawa Mubarok tak bisa diselamatkan.

“Saya mencoba ikhlas atas kepergian anak yang mendadak begini,” kata Majid.

Berdasarkan penuturannya, granat yang dibawa anaknya sudah berada di rumah sejak Ahad (10/2) lalu. Dari keterangan sang anak, granat tersebut ditemukan di gunung kapur di atas Lapangan Tembak milik TNI. Namun karena bentuknya yang asing, Majid tak menyangka bahwa barang tersebut merupakan kategori senjata berjenis senjata pelontar granat (SPG) yang masih aktif.

“Setengah bulat dan warnanya kuning. Saya kira onderdil mobil, enggak tahunya granat,” kata Majid.

Berdasarkan informasi yang Republika himpun, masyarakat sekitar memang kerap mencari amunisi milik aparat tersebut. Pasalnya, lokasi permukiman warga memang saling berdekatan dengan Lapangan Tembak TNI itu. Jarak permukiman warga dengan lapangan tembak kurang lebih berjarak 700 meter melalui jalan yang hanya dapat dilalui oleh satu mobil.

Sementara di depan lokasi lapangan tembak terdapat pagar pembatas dan plang bertuliskan larangan bagi warga sipil mendekati wilayah tersebut. Namun, akses menuju ke lokasi itu tidak begitu sulit.

Camat Cibungbulang, Yudi Nurzaman, meminta agar akses menuju lapangan tembak diperketat demi keamanan dan kenyamanan warga. Yudi mengatakan, para stakeholder dapat membahas persoalan ini dan dapat mencari tindaklanjut solusinya.

“Saya berharap pada jajaran TNI dan Polri untuk segera membangun pagar penghalang atau memperketat lokasi agar akses ke sana memang tak terjangkau oleh warga,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement