Kamis 14 Feb 2019 21:31 WIB

Haedar: Informasi Medsos Berbahaya Tanpa Tabayun

Haedar mengatakan korban medsos tidak hanya masyarakat kelas bawah tapi juga atas.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Bayu Hermawan
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir
Foto: Republika TV/Fian Firatmaja
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberadaan media sosial (mendsos) saat ini sangat begitu membahayakan generasi muda. Terutama generasi muda yang malas melakukan konfirmasi alias tabayun ketika menerima informasi dari medsos.

"Kemudian ada sikap yang ingin segera dalam menyampaikan informasi. Dan ini juga berbahaya bagi generasi muda," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat membuka seminar pra Tanwir Muhammadiyah Forum Dialog dan Literasi Media Sosial Bijak di Dunia Maya, Rukun di Dunia Nyata, Kamis (14/2).

Haedar mengatakan, media sosial yang sangat bebas dalam memproduksi apapun tanpa mengenal waktu itu ini bisa menjerat siapa saja korbannya. Korban media sosial, tidak hanya masyarakat kelas bawah, akan tetapi masyarkat kelas menengah ke atas juga bisa menjadi korban kejahatan medsos. "Pengaruhnya, bisa jadi para pengambil kebijakan dan para politisi juga terpengaruh oleh konten medsos. Di mesos yang salah bisa jadi benar dan akan diterima tanpa tabayun," ujarnya.

Menurut Haedar, informasi di medsos berbeda dengan informasi di media mainstream yang masih ada kontrol redaksi. Akan tetapi media sosial tidak ada control, sehingga pemilik medsos yang tidak bertanggungjawab itu bebas memproduksi konten apapun sesuai seleranya. "Mereka dapat menciptakan konten apapun yang diinginkan," katanya.

Untuk itu kata Haedar, Muhammadiyah sebagai organisasi yang peduli terhadap generasi muda yang beradab di masa depan, mesti bekerjasama dengan pemerintah untuk melakukan gerakan literasi yang berkeadaban. "Yang dapat menyehatkan dunia informasi. Karena menghilangkan informasi yang membuat kita bodoh," katanya.

Haedar mengatakan, sudah menjadi kewajiban Muhamadiyah untuk memberikan edukasi tentang bagaimana literasi yangg berkeadaban. Untuk itu, Haedar mengatakan, melalui forum Tanwir yang menggunakan diksi "Literasi Pencerahan". "Diksi ini harus digelorakan, sebab cerah itu bagus dan Islam itu mencerahkan. Ayat pertama yang diturunkan Allah itu sangat mencerahkan dan mencerdaskan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement