REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penanganan banjir di Kota Solo terus dilakukan. Upayanya adalah dengan membangun sejumlah infrastruktur pengendali banjir secara bertahap dan berkesinambungan.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, dalam penanggulangan banjir, selain pembangunan infrastruktur fisik, juga diperlukan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan tidak membuang sampah ke sungai. “Selain itu, penanganan banjir di Kota Solo dilakukan secara terpadu daei hulu hingga bagian hilir,” katanya melalui siaran pers, Selasa (12/2).
Kota Solo atau Surakarta berada di dataran rendah dan menjadi pertemuan beberapa sungai yakni Kali Pepe, Kali Gajah Putih, Kali Anyar, Kali Premulung dan Sungai Bengawan Solo. Sejumlah tempat sering mengalami banjir antara lain Kalurahan Banyuanyar, Sumber, Jalan Slamet Riyadi tepatnya di depan PN Surakarta, Jalan Yosodipuro, Monumen Pers, GOR Manahan, Kelurahan Danukusuman dan Tanjunganom.
Pekerjaan infrastruktur pengendali banjir Kota Solo dibagi menjadi tiga pekerjaan konstruksi bersumber dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan total Rp 509,7 miliar menggunakan kontrak tahun jamak 2016-2018. Pekerjaan pertama, yakni perkuatan tebing dan normalisasi Kali Pepe Hilir sepanjang 9,8 km. Normalisasi ini dimulai dari Bendung Tirtonadi sampai dengan Pintu Air Demangan (Hilir) untuk mempertahankan kapasitas tampung sungai.
Penanganan Kali Pepe Hilir memberi manfaat meningkatnya kapasitas tampungan sungai sebesar 244 ribu meter kubik. Dengan begitu, akan mengurangi risiko banjir bagi kawasan seluas kurang lebih 80 hektare terdiri dari Kecamatan Banjarsari, Pasar Kliwon dan Laweyan.
Melalui kegiatan normalisasi tersebut, kapasitas debit sungai yang dapat dialirkan juga meningkat yakni mencapai 50 meter kubik per detik. Anggaran yang dialokasikan sebesar Rp 125,4 miliar (2016-2018) dengan kontraktor pelaksana PT Basuki Rahmanta Putra. Normalisasi sungai melintasi 15 kelurahan dan tiga kecamatan di Kota Solo.
Pekerjaan kedua adalah pengendalian banjir di Kali Pepe bagian hulu berupa rehabilitasi atau penggantian bendung karet Tirtonadi dari bentang 20 meter menjadi 60 meter. Tidak hanya itu, rehabilitasi juga disertai normalisasi sungai sepanjang 3,2 km, pembangunan revetment sepanjang 1,7 km dan pemasangan pintu air dan pompa pengendali banjir sebanyak satu buah. Kontraktor pelaksana adalah PT Adhi Karya - PT Minarta (KSO) dengan nilai kontrak tahun jamak 2016-2018 sebesar Rp 182,3 miliar.
Pada saat musim kemarau, pintu Bendung Karet Tirtonadi akan ditutup, sehingga menjadi tampungan air atau long storage dengan kapasitas sebanyak 1 juta meter kubik. Pada musim hujan, pintu akan dibuka dan mengalirkan air dengan kapasitas 1.048 meter kubik per detik, atau lebih besar dari debit awal sebesar 390 meter kubik per detik. Rehabilitasi Bendung Tirtonadi memberikan manfaat mengurangi risiko genangan banjir pada kawasan seluas 110 hektare dan menurunkan elevasi banjir.
Pekerjaan ketiga yakni penanganan Sungai Bengawan Solo dengan membangun tanggul atau parapet pada sungai dan untuk badan sungai yang sudah ada, dilakukan peninggian tanggul sepanjang 5,5 km. Selain itu juga dilakukan pembangunan revetment sepanjang kurang lebih 3,1 km, rumah pompa dan delapan buah penyediaan pompa banjir.
Manfaatnya guna meningkatkan kapasitas sungai dari debit kala ulang 10 tahun (Q10) sebesar 1.550 meter kubik per detik menjadi debit kala ulang 50 tahun (Q50) sebesar 2.171 meter kubik per detik. Dengan demikian akan mengurangi resiko genangan banjir di kecamatan Pasarkliwon, dan Jebres, Kota Surakarta seluas sekitar 230 hektare. Pekerjaan dilakukan oleh kontraktor pelaksana PT WIKA-APTA (KSO) dengan nilai kontrak tahun jamak 2016-2018 sebesar Rp 202 miliar. Lokasi pekerjaan mulai dari Joyosuran, Jembatan Mojo-Demangan, Pucangsawit, dan di Kawasan Taman Satwa Taru Jurug.
Selain bermanfaat sebagai pengendali banjir, adanya normalisasi sungai dan rehabilitasi Bendung Tirtonadi juga membuat aliran sungai menjadi bersih dan tidak berbau. Sepanjang bantaran Kali Pepe juga dilakukan penataan sehingga menjadi ruang terbuka publik baru yang ramai dikunjungi warga Solo mulai sore hingga petang. Masyarakat bisa mengembangkannya menjadi wisata perahu di sepanjang aliran sungai.