Selasa 12 Feb 2019 15:59 WIB

Jepang Butuh Ratusan Ribu Tenaga Kesehatan Indonesia

Masyarakat Jepang menyukai keramahan tenaga kerja kesehatan asal Indonesia.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Gita Amanda
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) meneken nota kesepahaman (MoU) dengan perusahaan asal Jepang, Fuku Kyodou Kumiai. Nota kesepahaman diteken oleh Rektor UMS, Sofyan Anif dengan CEO Fuku Kyodou Kumiai, Kowada Ikono, di Gedung Induk Siti Walidah UMS, Pabelan, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (12/2). 
Foto: Binti Sholikah/REPUBLIKA
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) meneken nota kesepahaman (MoU) dengan perusahaan asal Jepang, Fuku Kyodou Kumiai. Nota kesepahaman diteken oleh Rektor UMS, Sofyan Anif dengan CEO Fuku Kyodou Kumiai, Kowada Ikono, di Gedung Induk Siti Walidah UMS, Pabelan, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (12/2). 

REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO -- Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) meneken nota kesepahaman (MoU) dengan perusahaan asal Jepang, Fuku Kyodou Kumiai, terkait pengiriman tenaga kesehatan. Jepang menyatakan butuh 400 ribu hingga 500 ribu tenaga kesehatan.

Rektor UMS Sofyan Anif menjelaskan, MoU tersebut menindaklanjuti penawaran kerja sama dari Fuku Kyodou Kumiai dalam bentuk pengiriman tenaga kesehatan khusus keperawatan dan kebidanan. Tenaga kesehatan tersebut akan menjalani magang kerja ditempatkan di rumah sakit lansia milik Fuku Kyodou Kumiai.

"Fuku menghendaki kalau memungkinkan kami mengirimkan tenaga perawat sebanyak 400-500 ribu. Tapi kami tidak sanggup, kemudian dibagi beberapa daerah ada Malang, Jakarta dan sebagainya kami melibatkan Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan non Muhammadiyah yang lain," terangnya.

Sofyan mengaku telah menawarkan program magang kerja tersebut kepada para mahasiswa. Namun, awalnya sebagian tidak berminat dengan berbagai alasan. Dengan kehadiran rombongan dari Fuku Kyodou Kumiai, kemudian Rektor UMS dan jajaran memberikan motivasi dan penjelasan. Saat ini sudah puluhan mahasiswa yang beminat.

"Melihat human development index salah satu parameternya kesehatan maka orang Jepang lebih sehat dari orang Indonesia. Terbukti usia harapan hidup orang Jepang di atas 80 tahun, Indonesia masih mendekati 70 tahun. Sehingga di sana banyak lansia yang butuh tenaga kesehatan," katanya.

Menurutnya, jumlah peserta magang kerja yang diberangkatkan nanti tergantung jumlah yang mendaftar. Rata-rata setiap tahun UMS punya tiga kelas keperawatan, jika diambil sepertiga yang berminat, maka hanya 50-an.

"Kurang banyak. Angkatan pertama ini ada 20 peserta. Mereka sudah menjalani pelatihan bahasa Jepang sekitar dua setengah bulan, kira-kira September tahun ini berangkat," ungkapnya.

Karenanya, UMS melibatkan perguruan tinggi swasta lainnya. Nantinya, akan dilakukan penandatanganan MoU terkait magang kerja tersebut. Penandatanganan MoU cukup dilakukan UMS dengan perguruan tinggi swasta lainnya.

"Ke depan, sudah menjadi komitmen UMS dan Fuku akan dikembangkan dalam bentuk tenaga kerja bidang lainnya, ada teknik, pertanian dan lain sebagainya. Karena mereka butuh memperoleh tenaga kerja dari Indonesia," imbuhnya.

CEO Fuku Kyodou Kumiai, Kowada Ikono, mengatakan, di Jepang sekarang rata-rata usia 80-100 tahun banyak yang masih sehat. Karenanya banyaknya penduduk usia lanjut, maka banyak pasien lansia. Namun, jumlah generasi muda yang lebih sedikit menyebabkan Jepang butuh ratusan ribu perawat lansia.

"Kami memgharapkan adik-adik dari kampus UMS bisa datang ke Jepang dan bekerja di tempat kami. Kami punya rumah sakit lansia di Jepang. Di tempat kami sudah ada orang Indonesia yang bekerja disana," jelasnya.

Dia menilai, orang Indonesia yang bekerja di Jepang terkenal baik sehingga banyak pasien mengharapkan orang Indonesia datang dan bekerja di Jepang. "Kami mengharapkan adik-adik yang ke Jepang tidak hanya belajar perawatan lansia tapi juga belajar budaya dan cara kerja di Jepang sehingga bermanfaat bagi Indonesia," ucapnya.

Terkait upah kerja, dia menyebut dalam sebulan bekerja tanpa tambahan lembur gaji yang diperoleh bisa mencapai 170 ribu yen. Jika disertai lembur, maka gaji yang didapat bisa mencapai 200 ribu yen. Gaji tersebut akan dikurangi potongan untuk pembayaran asuransi kesehatan dan pensiun.

Wakil Rektor UMS, Muh Dai, menambahkan, sebelum diberangkatkan, calon peserta magang akan mendapatkan pelatihan Bahasa Jepang dengan level N4. Biaya magang akan ditalangi UMS dan Bank Jateng Syariah. Calon peserta magang tidak perlu menyiapkan uang, melainkan hanya ijazah. Nantinya, biaya pelatihan tersebut dicicil setelah bekerja di Jepang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement