Senin 11 Feb 2019 21:31 WIB

Sleman Sudah Miliki 214 Bina Keluarga Balita

Kabupaten Sleman berhasih meraih peringkat Nindya sebagai Kabupaten Layak Anak.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Direktur Bina Ketahanan Balita dan Anak BKKBN, Evi Ratnawati, saat  melakukan kunjungan ke BKB Asparagus di Dusun Kentungan, Desa Condongcatur,  Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DIY.
Foto: dok. Pemkab Sleman
Direktur Bina Ketahanan Balita dan Anak BKKBN, Evi Ratnawati, saat melakukan kunjungan ke BKB Asparagus di Dusun Kentungan, Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DIY.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kabupaten Sleman telah memahami pentingnya Bina Keluarga Balita (BKB). Itu bisa dilihat dari jumlah BKB yang ada di Kabupaten Sleman.

Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Kabupaten Sleman, Tina Hastani mengungkapkan, ada 214 BKB di Kabupaten Sleman dengan beragam program unggulan.

Pembinaan kader dan keluarga BKB, Juknis Ramah Anak, Pendidikan Anak Usia Dini Ramah Anak (Panudan), dan Perda Ketahanan Keluarga. Hasilnya, Kabupaten Sleman berhasih meraih peringkat Nindya sebagai Kabupaten Layak Anak.

"Baru ada delapan kabupaten di Indonesia yang dapat meraih peringkat ini," kata Tina di BKB Asparagus, Dusun Kentungan, Desa Condongcatur, Kecamatan Depok.

Hal itu disampaikan saat kunjungan Badan Kependudukan dan Keluarga Bencana Nasional (BKKBN) Pusat. Direktur Bina Ketahanan Balita dan Anak BKKBN, Evi Ratnawati menekankan, perhatian kepada BKB memang penting.

Sebab, BKB memiliki peran yang besar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal itu dirasa selaras visi pemerintah mewujudkan generasi emas pada 2045 dalam rangka menghadapi globalisasi.

Ia menekankan, pembangunan di Indonesia akan berhasil tidak cuma dikarenakan sumber daya alamanya. Evi mengingatkan, pembangunan bisa berhasil jika sumber daya manusia yang dimiliki berkualitas.

Untuk itu, Evi mendorong pemerintah daerah mempersiapkan para penerus bangsa yang berkualitas sedini mungkin. Salah satunya, dapat dimulai dari lingkungan keluarga, khususnya mereka yang memiliki balita.

Evi berpendapat, balita harus mendapatkan layanan yang utuh. Mulai terpenuhi kebutuhan gizinya, mendapatkan pendidikan yang memadai sampai merasakan pengasuhan yang baik.

"Kalau kesehatan atau gizi itu lewat Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), pendidikan lewat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan yang tidak kalah pentingnya pengasuhan bagi anak lewat BKB," ujar Evi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement