REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TENGAH -- Mahalnya harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar ditengarai menjadi alasan sepinya penumpang di Lombok International Airport (LIA). Kondisi ini berimbas pada para pedagang makanan dan minuman ringan di sekitar bandara.
Seorang pedagang makanan dan minuman ringan, Piah, mengaku pendapatannya jauh berkurang saat ini akibat sepinya penumpang. Warung Piah berada di sebuah area kuliner yang ada di luar terminal LIA, lebih tepatnya sebelah barat terminal bandara.
Berbeda dengan restoran, ritel modern, dan coffee shop yang ada di terminal bandara, warung Piah tak beda dengan warung-warung pada umumnya yang berada di pinggir jalan dengan menu aneka jajanan ringan hingga nasi bungkus.
Kondisi area kuliner di Lombok International Airport (LIA) yang sepi dari pengunjung pada Sabtu (9/2). (Foto: Muhammad Nursyamsyi/Republika)
Kawasan ini merupakan area favorit bagi masyarakat Lombok saat mengantar maupun menjemput keluarga lantaran harganya yang relatif lebih terjangkau. Dari area ini, pengunjung juga bisa menyaksikan secara langsung proses lepas landas atau mendaratnya sebuah pesawat.
"Sejak gempa mulai sepi. Pesawatnya langka, jarang turun. Mungkin karena tiket mahal juga," ujar Piah kepada Republika di LIA, Lombok Tengah, NTB, Sabtu (9/2).
Perempuan berusia 35 tahun itu menyebut faktor bencana gempa yang melanda Lombok pada pertengahan tahun lalu, naiknya harga tiket pesawat, hingga penerapan bagasi berbayar, menjadi alasan sepinya bandara. Apesnya, kata Piah, kenaikan harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar terjadi saat periode low season.
"Biasanya ramai sebelum gempa, tapi sekarang sepi sekali, jarang ada yang belanja jadinya," kata Piah.
Aktivitas di Lombok International Airport (LIA) tampak lengang pada Sabtu (9/2). (Foto: Muhammad Nursyamsyi/Republika)
Piah menyebutkan, sebelum gempa terjadi, dia bisa mengantongi hingga Rp 500 ribu per hari jika sedang ramai. Namun saat-saat ini, bisa membawa pulang Rp 100 ribu atau Rp 150 ribu sudah bagus bagi dia.
"Kalau sekarang kadang Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu itu kadang kalau ada (pembeli), kalau tidak ada (pembeli), ya tidak ada (pemasukan), jauh sekali dibanding sebelumnya," ucap Piah.
Piah berharap, kondisi bandara kembali normal agar pemasukannya bisa membaik. Pasalnya, dia sangat bergantung pada usahanya ini untuk membiayai keempat anaknya yang sedang sekolah di TK, SD, SMP, dan SMA.