Sabtu 09 Feb 2019 07:03 WIB

Gerakan Feminis dan Dakwah Muslimah

Gerakan feminis tampaknya berubah haluan menjadi gerakan radikal yang antilaki-laki

Persamaan gender (ilustrasi).
Foto:

Sampai di sini, kita dapat menarik benang merah, peran strategi gerakan dakwah Muslimah tidak akan berarti apa-apa jika para wanita tidak mengetahui esensi ajaran Islam yang ternyata sangat membela hak-hak seorang wanita.

Maka itu, yang paling utama dikampanyekan adalah soal ilmu. Dengan mengilmui hakikat dirinya diciptakan sebagai wanita, ia akan dibimbing dengan taufik dan hidayah yang datang dari Allah sehingga tidak salah dalam berpikir, berkata, dan beramal.

Kalau ilmunya saja sudah salah, bagaimana sikapnya akan benar? Ilmu yang benar mesti diimbangi adab. Bisa jadi, mereka yang dianggap tokoh Islam, tapi terlibat gerakan feminis radikal, ilmu yang mereka miliki tidak diimbangi adab.

Adab di sini bukan sekadar 'sopan santun' atau baik budi bahasa. Adab, menurut Profesor Syed Muhammad Naquib al-Attas seperti yang dikutip Dr Adian Husaini, adalah pengenalan serta pengakuan akan hak keadaan sesuatu dan kedudukan seseorang, dalam rencana susunan berperingkat martabat dan darjat, yang merupakan suatu hakikat yang berlaku dalam tabiat semesta.” (Husaini, 2012).

Adab itu pula yang membuat Muslimah berperan aktif dalam meng-counter pemikiran feminis Barat. Tidak disebut beradab kalau ilmu yang baik itu tidak disebar dan didakwahkan kepada orang lain.

Sungguh sederhana ajaran Islam bagi seorang wanita, jika ingin diangkat harkat dan martabatnya, harus memenuhi dua syarat, yaitu berilmu dan beradab.

Selama ini, sistem dan pola pendidikan konvensioal agaknya kurang memperhatikan detail persoalan wanita sehingga menghasilkan output yang 'kurang-lebih' sama dengan laki-laki.

Karena itu, konsep pendidikan yang koheren dengan persoalan wanita patut dikaji. Wanita selain menjadi objek didik, ia juga mesti berperan sebagai pendidik. Mendidik wanita berarti berupaya mengembalikan fitrahnya menurut kehendak Allah.

Allah menghendaki wanita itu diakui, dihormati, dan dimuliakan, melalui perannya sebagai wanita. Dengan demikian, terciptalah keserasian dan keharmonisan gender, bukan kesetaraan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement