REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Silvy Dian Setiawan
Kenaikan harga tiket pesawat serta penerapan kebijakan bagasi berbayar oleh maskapai menjadi polemik pada awal tahun ini. Bagaimana sedianya dampaknya terhadap mereka-mereka yang hidup dari geliat transportasi udara? Wartawan-wartawati Republika mendalami hal tersebut di sejumlah bandara utama Tanah Air.
Dua pria berseragam biru tampak asyik menikmati permainan catur. Mereka diam larut beradu strategi, mengisi hari yang tak lagi pagi. Tawa para pengendara lain yang menonton menambah keseruan permainan.
"Skak," ucap Muhammad Samin (55 tahun) dengan suara lantang kepada lawan mainnya. Bak di arena perlombaan, kemenangan Samin disambut oleh tepuk tangan.
Permainan catur menjadi obat penawar sepi bagi ara pengemudi taksi di Bandara Internasional Adisutjipto, Yogyakarta. Di sekitar mereka, terparkir mobil-mobil berwarna hijau yang biasanya sibuk menjemput penumpang.
Sayang, siang itu tidak banyak penumpang berseliweran. Bahkan, kondisi parkiran taksi terbilang penuh. Tidak banyak aktivitas taksi ke luar yang terlihat. Padahal, biasanya itu menjadi pemandangan khas.
Begitulah suasana tempat parkir taksi di Bandara Adisujtipto pada Rabu (6/2) siang. Kenaikan harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar berdampak pada pendapatan mereka yang sudah terjepit oleh maraknya taksi daring (online).
Sementara itu, di dalam bandara, khususnya di pintu kedatangan internasional Terminal B, hanya ada dua orang yang terlihat duduk menanti. Selain mereka, cuma ada dua orang petugas penukaran uang. Tidak ada aktivitas penukaran yang terlihat. Bahkan, lalu-lalang penumpang yang biasanya menjadi pemandangan pun belum terlihat.
Sejumlah transaksi jual beli terlihat di Every Mart, salah satu toko yang ada di Terminal B. Terlihat seorang penumpang yang tengah dilayani tiga pegawai berbaju merah. Pemandangan lebih baik terlihat di pintu keberangkatan Terminal A. Sebagai pintu penumpang domestik, aktivitas bandara masih cukup terasa di sana.
Pengemudi taksi konvensional bernama Joko Sutopo (55 tahun) mengatakan, sejak adanya penerapan bagasi berbayar dan melambungnya harga tiket, penumpangnya turun drastis. Dia mengatakan, kondisi tersebut semakin menekan sopir taksi konvensional yang saat ini harus bersaing ketat dengan taksi daring.
"Penurunannya sangat drastis sekali karena (taksi) online, ditambah dengan bagasi berbayar ini," kata Sutopo saat ditemui Republika di Bandara Internasional Adisutjio.
Dalam keadaan normal, ia biasanya bisa mendapatkan 15 penumpang. Namun, saat ini Sutopo mengaku hanya mendapatkan lima-enam perjalanan dalam sehari. Ia pun harus menunggu berjam-jam untuk mendapatkan satu penumpang.
Sebab, ada 114 pengemudi taksi di sana, termasuk dirinya. Oleh karena itu, jika ada penumpang yang memesan taksi, ia pun harus menunggu antrean dengan pengendara taksi lainnya.
Sutopo berharap pemerintah dan maskapai penerbangan kembali mempertimbangkan penerapan sistem bagasi berbayar. Sebab, hal itu akan menjadikan penumpang taksi konvensional di bandara semakin menurun dan juga mematikan usaha bagi para sopir taksi yang sudah puluhan tahun mencari penumpang di Adisutjipto.
"Di Yogya, ada 19 perusahaan taksi yang sudah kolaps," ujar Sutopo.
Berbeda dengan Sutopo, seorang sopir transportasi daring, Agung Radhy Wibowo, tak terlalu mengeluhkan keadaan tersebut. Menurut dia, pengaruh penerapan bagasi berbayar terhadap jumlah penumpang tidak terlalu besar.
Ia yang hampir setiap hari mengetem di Adisutjipo untuk menunggu penumpang, selalu mendapat orderan. Walaupun ia tidak selalu mencari penumpang di Adisutjipto, setiap berada di Adisutjipto, ia hampir tidak pernah menunggu lama dalam menunggu orderan penumpang.
"Kalau di bandara masih banyak yang order, jadi tidak berpengaruh banyak sama bagasi berbayar ini," kata Agung.
Bahkan, dengan dilarangnya transportasi daring untuk masuk ke kawasan bandara, hal itu juga dirasa tidak berpengaruh secara signifikan. Menurut dia, masih banyak penumpang yang tidak keberatan berjalan ke arah luar bandara untuk menggunakan jasa taksi daring.
Communication and Legal Section Head PT Angkasa Pura I (Persero) Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta, Rio Hendarto Budi Santoso, mengungkapkan, ada 1.406 penerbangan yang dibatalkan oleh penumpang selama Januari 2019.
Dia mengatakan, pembatalan itu disebabkan banyak faktor. "Bagasi berbayar mungkin salah satunya. Tapi, ada juga faktor-faktor lainnya," kata Rio kepada Republika, Kamis (07/02).