REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Nusa Tenggara Barat (NTB) terus melakukan sosialisasi penanganan rabies di seluruh wilayah NTB. Hal ini menyusul kejadian luar biasa (KLB) rabies di Kabupaten Dompu.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB Budi Septiani mengatakan, belum ada laporan terbaru tentang masyarakat yang tergigit anjing gila maupun penambahan jumlah korban meninggal.
Data terakhir ialah seorang warga di Desa Tarano, Kebupaten Sumbawa, yang digigit anjing pada Rabu (6/2) pagi. Budi mengatakan masih menunggu hasil penelitian Balai Besar Veteriner (BBVet) di Denpasar, Bali, terkait positif atau tidaknya rabies pada anjing tersebut.
Selain di Pulau Sumbawa, antisipasi rabies juga ditingkatkan di Pulau Lombok. Budi mengaku sudah melayangkan surat ke selurub Dinas Peternakan kabupaten dan kota yang ada di NTB agar meningkatan kewaspadaan.
"Seluruh NTB harus waspada karena pergerakan anjing ini sangat cepat, dia berlari 10 km per hari dan dalam 10 km itu dia bisa menggigit apa saja yang bergerak, termasuk sapi juga," ujar Budi kepada Republika.co.id di Kantor Pemprov NTB, Jumat (8/2).
Meski begitu, kata Budi, hingga saat ini Pulau Lombok masih relatif aman dari rabies. Budi sudah meminta seluruh pihak di Lombok untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan memberikan edukasi kepada masyarakat.
"Semua kita minta waspada, memang belum ada di Lombok, tapi kita minta melakukan pengawasan agar tidak terjadi, antisipasi lebih cepat, antisipasi ketika ada gigitan segera melapor," kata Budi.
Selain menggelar sosialisi, pemda juga menggandeng Persatuan Menembak Indonesia (Perbakin) dalam upaya melakukan eliminasi anjing liar. Budi menyampaikan, untuk di Mataram, kebanyakan anjing memiliki pemilik.
"Kita sosialiasi kepada pemilik anjing untuk mau vaksinasi anjingnya," ungkap Budi.