REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kota Solo memiliki ikon baru untuk mempromosikan sektor pariwisata, yakni dengan lagu Rindu Solo. Lagu yang diciptakan dan dinyanyikan oleh Putri Solo II 2010, Elizabeth Sudira, tersebut bercerita tentang segala sudut keindahan Kota Solo yang pasti dirindukan oleh setiap orang yang sedang atau pernah berada di Solo.
Lagu tersebut sudah bisa didengarkan di platform digital seperti Youtube. Sejak diunggah tiga bulan lalu, jumlah pengunjung lagu Rindu Solo di Youtube telah mencapai 88 ribu.
Rencananya, video klip dan versi baru lagu Rindu Solo tersebut akan dirilis pada Sabtu (9/2) di halaman Balai Kota Solo pukul 19.30 WIB. Pemilihan tanggal dan lokasi atas arahan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo. Acara tersebut akan dimeriahkan oleh Sanggar Tari Semarak Candra Kirana, Keroncong Swastika, dan The Rangers Band.
Pada saat peluncuran video klip dan versi baru lagu Rindu Solo tersebut juga akan dilakukan pemutaran lagu Rindu Solo secara serentak di 500 stasiun radio di seluruh Indonesia. Rencananya, pemutaran serentak dilakukan pukul 19.00 WIB. Sehingga pendengar radio yang berniat memindah frekuensi akan tetap mendengarkan lagu Rindu Solo.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Solo, Hasta Gunawan, mengatakan pertama kali mendengar lagu Rindu Solo saat acara Solo City Jazz di Pasar Gede pada September 2019. Sampai beberapa bulan kemudian dia diperdengarkan lagu tersebut. Karena penasaran, Hasta mencari lagu Rindu Solo di platform digital. Dia melihat lagu tersebut polos, jujur, dan intinya membuat kangen Kota Solo.
"Lagu ini kami apresiasi sebagai lagu yang turut berperan dalam promosi pariwisata Solo," jelasnya dalam jumpa pers di Museum Keris, Solo, Kamis (7/2). Selain itu, lagu tersebut juga dianggap dapat memperkuat kecintaan dan rasa memiliki warga Solo terhadap kota tercinta.
Pencipta dan penyanyi, Elizabeth Sudira, mengatakan, lagu Rindu Solo tercipta hanya dalam waktu empat menit. Dia bercerita, suatu malam ketika berbaring dia melihat punggung orangtua kemudian menangis. Dia berpikir tidak ada tempat sebaik dan senyaman rumah karena hanya di rumah bisa bertemu dengan kedua orang tua. Pekerjaan menjadi pemandu acara membuatnya pergi ke banyak kota dan negara. Namun, Elizabeth merasa tidak nyaman dan tidak aman ketika pergi dari Solo.
"Ketika di Solo, ini tempat ternyaman. Seindah apapun kota lainnya itu saya mikir tetap enak di Solo. Dari situ saya menuangkan dalam kata-kata. Saya langsung rekam pake voice note, tidak ditulis dulu liriknya," ujar Elizabeth yang juga personel The Rangers Band tersebut.
Saat berlatih dengan The Rangers, Elizabeth menyatakan keinginan membawakan lagu tersebut ketika tampil di Solo City Jazz 2018. Ternyata, ada produser musik asal Solo yakni Tommy Widodo yang mendengar lagu tersebut dari ruang studio di sebelahnya. Seketika, Tommy meminta untuk membuatkan aransemen lagu tersebut. Dalam tiga jam, aransemen pun selesai.
"Lagu ini dirasa punya power cukup besar. Kami merasa perlu ada lagu khusus untuk Solo selain lagu-lagu destinasi, lagu keroncong dan Bengawan Solo yang sudah melegenda. Kayaknya kita perlu bikin lagu seperti lagu Yogyakarta Kla Project karena lirik-lirik yang saya masukkan itu pandangan hidup orang Solo," paparnya.
Pengaransemen musik asal Solo, Tommy Widodo, mengatakan, saat latihan, dia berkeinginan membuat lagu tentang Solo yang genre-nya lebih pop dan dapat dinikmati anak-anak muda. Sehari setelahnya, Tommy mendengar Elizabeth menyanyikan lagu tersebut di studio musik.
"Begitu mendengar pertama kali saya sudah jatuh hati sama lagunya. Saya bikin lebih pop tidak terlalu nge-jazz. Besok paginya langsung rekaman untuk bikin project ini lebih serius," terang Tommy.
Creative Director, Andre Nuno, menyatakan proyek lagu Rindu Solo tersebut istimewa.
"Waktu itu belum ada judul Rindu Solo. Kata rindu Solo keluar paling belakang. Kata pertama selalu ingin pulang ke Solo. Kata itu bisa mewakili semua keindahan liriknya," kata Andre.
Andre menjelaskan, pembuatan video lirik menampilkan keindahan kota Solo, mencakup budaya dan kuliner. Termasuk lokasi-lokasi yang identik dengan Kota Solo seperti Taman Sriwedari dan Benteng Vastenburg. "Nanti kami akan membuat sekalian versi untuk promosi pariwisata," imbuhnya.