REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Gubernur Bali Wayan Koster menginginkan kopi produksi daerah Kintamani, Kabupaten Bangli, dapat menembus pasar ekspor. Sehingga bisa lebih meningkatkan kesejahteraan para petani.
"Kita tahu kopi Kintamani sangat bagus, untuk itu perlu difasilitasi agar bisa nantinya melakukan ekspor," kata Koster di Denpasar, Rabu (6/2) malam lalu, saat menerima kunjungan distributor dan petani kopi serta Atase Pertanian Kedubes RI di Amerika Serikat.
Selain Pergub Bali No 99 Tahun 2018 yang memberikan perlindungan terhadap pemasaran produk pertanian lokal Bali, kata Koster, pihaknya juga menyiapkan peraturan lanjutan agar produk pertanian lokal dapat diterima lebih luas di pasaran dan bahkan berorientasi ekspor. Kopi, menurut Koster, merupakan salah satu produk pertanian dari Bali yang menjanjikan untuk dikemas secara baik dan diekspor ke luar negeri.
Sementara itu, Atase Pertanian Kedubes RI di Washington DC Amerika Serikat, Hari Edi Soekirno mengatakan AS dan negara sekitarnya merupakan pangsa pasar kopi yang menjanjikan. Permintaan pasarnya menurut dia, mencapai sekitar 6 juta dolar AS.
"Kita (Indonesia) baru bisa memasok sekitar tiga ratus ribu dolar AS, masih sangat jauh, dan pangsa pasarnya terbuka," ujar Hari. Untuk kopi Kintamani, menurut dia, memiliki rasa spesial yang sudah diakui oleh Prancis sehingga harus dikenalkan juga ke pasar AS.
Ketua Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kintamani, Bali, yang juga petani kopi Kintamani, Ketut Jati, mengatakan kopi Kintamani memiliki rasa spesifik yang tidak ada di daerah lain. "Kopi Kintamani juga sudah memiliki sertifikat indikasi geografis dan hak paten, hanya saja pemasaran saat ini masih terbatas," ucapnya.
Oleh karena itu, ia menyambut baik jika kopi yang berasal dari daerah sejuk di Kabupaten Bangli itu bisa merambah pasar Amerika dengan bantuan Pemprov Bali dan distributor. Di Kintamani ada 64 subak yang mengembangkan kopi.
"Yang kami butuhkan hanya sarana prasarana agar bisa mengolah sesuai SOP (standar operasional dan prosedur)," kata Ketut Jati.
Sedangkan Direktur PT Dagna Agro Bumi Wahyudi Angligan berharap Pemprov Bali bisa membantu memfasilitasi agar kopi Kintamani jenis arabika ini bisa merambah ke pasar AS. "Kami melihat peluang karena kopi arabika belum terlalu dikenal di sana," ujar Wahyudi.
Selain berorientasi ekspor, pertanian kopi Kintamani nantinya bisa dikemas dengan agrowisata yang bisa menarik minat wisatawan dan semakin meningkatkan citra kopi Kintamani.