Kamis 07 Feb 2019 06:19 WIB

Soal LRT Palembang, Prabowo Klaim Pernah Mengingatkan

Prabowo klaim apa yang diungkapkan adalah data valid.

Rep: Ali Mansur/ Red: Muhammad Hafil
Penumpang melihat Jembatan Ampera dari dalam gerbong kereta Api Ringan atau Light Rapid Transit (LRT) ketika menuju Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (28/8).
Foto: Septianda Perdana/Antara/INASGOC
Penumpang melihat Jembatan Ampera dari dalam gerbong kereta Api Ringan atau Light Rapid Transit (LRT) ketika menuju Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (28/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto mengaku dirinya sudah pernah mengingatkan soal kerugian proyek kereta ringan atau light rail transit (LRT) di Palembang. Menurutnya, LRT tersebut tidak ekonomis dan terlalu mahal. Namun justru akibatnya pernyataan itu dia dihina dan dihujat.

“Saya dimaki dan dihuhat, tapi sekarang data terungkap tiap bulan LRT pemeliharaannya jauh di atas pemasukan. Pemiliharaannya jauh tidak sebanding dengan pemasukkannya. Ini kan menggunakan uang negara dan berarti rakyak harus nombok,” saat menghadiri acara ulang tahun ke-20 Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) di Sports Mall Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (6/2).

Dalam kesempatan itu Prabowo mengatakan apa yang selalu diutarakan merupakan data valid. Namun kerap kali pernyataan itu dianggap sebagai berita bohong atau hoaks. Padahal, kata Prabowo, tidak ada keuntungan apapun dari berita bohong atau pesimistis yang sering disematkan pada dirinya. “Saya kira tidak arif pemimpin sebarkan kebohongan. Malu saya bicara di sini untuk sebarkan kebohongan,” tambahnya.

Selain mengaku pernah memprediksi tidak efesiennya LRT di Palembang, Prabowo juga menuding bahwa anggaran negara telah bocor sekitar Rp 500 triliun. Angka tersebut dihitung jika sekitar 25 persen dari anggaran belanja negara bocor. Bahkan Prabowo menyakini, jika dihitung lebih teliti lagi angkanya bisa lebih itu.

Menurut Prabowo, berbagai macam bentuk-bentuk kebocoran tersebut. Sebagai contohnya, mark up proyek jembatan yang harganya Rp 100 miliar, akan ditulis jadi Rp 150 miliar. “Ini terjadi terus-menerus. Kita harus objektif. Masalah ini sudah jalan lama. Ini harus kita hentikan dan kurangi,” jelas Prabowo. 

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) kembali mengkritik pembangunan Light Rail Transit (LRT) di Indonesia. Setelah mengkritik pembangunan LRT Jakarta beberapa waktu lalu, kali ini JK mengkritik pembangunan LRT di Palembang.

Menurut dia, pembangunan LRT di Palembang itu tak efisien."Sekarang LRT Palembang itu turis lokal datang coba satu kali sudah selesai," ujar JK pertengahan Januari lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement