REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyampaikan ekonomi Provinsi NTB selama 2018 secara kumulatif mengalami kontraksi sebesar 4,56 persen. Kepala BPS Provinsi NTB Suntono menjelaskan, kontraksi pertumbuhan tersebut lebih dikarenakan adanya penurunan kinerja pada subkategori pertambangan bijih logam dibanding 2017, sehingga berdampak pada penurunan nilai tambah bruto yang cukup berarti pada kategori pertambangan dan penggalian.
Suntono menyebutkan, kategori pertambangan dan penggalian pada 2018 mengalami kontraksi sebesar 33,71 persen. Selain itu, terjadi kontraksi pertumbuhan pada kategori penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 4,59 persen sebagai dampak dari musibah gempa yang melanda Provinsi NTB pada 2018.
Suntono menyampaikan, kategori perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor serta kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan masih menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB pada 2018.
"Pada saat pertumbuhan ekonomi NTB tertekan oleh kinerja pertambangan bijih logam/konsentrat, namun aktivitas pertanian, perdagangan, konstruksi, transportasi dan jasa keuangan masih mampu tumbuh. Kondisi ini mengurangi dalamnya konstraksi pertumbuhan ekonomi NTB yang tertahan pada angka -4,56 persen," kata Suntono.
Suntono menambahkan, pertumbuhan tersebut disumbangkan oleh kategori perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 0,70 poin, diikuti oleh kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 0,36 poin, kategori konstruksi sebesar 0,23 poin. Adapun kategori pertambangan dan penggalian menjadi sumber kontraksi sebesar -6,99 poin.
Suntono mengatakan, perekonomian Provinsi NTB berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku triwulan IV-2018 mencapai Rp 31,73 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 22,93 triliun.
"Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada kategori jasa kesehatan dan kegiatan sosial yaitu sebesar 8,08 persen, sedangkan dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen konsumsi Lembaga Non Profit Rumahtangga (LNPRT) yaitu sebesar 10,43 persen," ucap Suntono.
Suntono melanjutkan, ekonomi Provinsi NTB pada triwulan IV-2018 dibanding periode yang sama pada 2017 (y-on-y) mengalami kontraksi sebesar 1,43 persen. Kontraksi tertinggi terjadi pada kategori pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi 13,40 persen.
Sedangkan dari sisi pengeluaran, komponen ekspor luar negeri mengalami kontraksi sebesar 67,53 persen. Sementara, ekonomi Provinsi NTB pada triwulan IV-2018 dibanding triwulan III-2018 (q-to-q) tumbuh sebesar 1,81 persen, di mana kategori pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 50,74 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran pada komponen pengeluaran konsumsi pemerintah yang mengalami pertumbuhan sebesar 20,86 persen.
"Pertumbuhan ekonomi NTB triwulan IV-2018 tanpa pertambangan bijih logam secara c to c tumbuh 3,08 persen, secara y on y tumbuh 1,80 persen, secara q to q kontraksi 3,90 persen," kata Suntono.