REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Lembaga penyiaran diminta seimbang dalam memberitakan ajang Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legislatif. Tujuannya, tentu saja agar masyarakat mendapat informasi yang utuh terhadap pesta demokrasi yang berjalan serentak di tahun ini.
Menurut Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Yuliandre Darwis, saat ini ekspose terhadap Pemilu 2019 lebih condong pada kontestasi Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. KPI berharap, sosialisasi Pemilu khususnya pemilihan untuk anggota DPR dan DPD lebih masif disiarkan televisi dan radio.
"Ini juga menjadi kesempatan bagi televisi lokal dalam menyiarkan calon anggota legislatif pada tingkat lokal," ujar Yuliandre. Masukan tentang ekspose Pemilu 2019 itu disampaikannya saat membuka kegiatan Literasi Media KPI Pusat di Manado, dengan tema "Dari Masyarakat Untuk Bangsa" akhir pekan silam.
Berdasarkan rilis pers yang diterima Republika.co.id, Yuliandre menyoroti bahwa kepercayaan publik terhadap media mainstream tetap tidak tergeser. Sekalipun, saat ini teknologi digital berkembang demikian cepat dan menghasilkan media baru.
Sebagai produk dari sebuah industri penyiaran, televisi dan radio yang juga merupakan media mainstream hadir dengan koridor regulasi yang ketat. Dengan sendirinya, produk yang dihasilkan juga memiliki tingkat akurasi yang tinggi.
Dalam rangka pesta demokrasi 2019 ini, Yuliandre berharap lembaga penyiaran dapat mendiseminasikan pemilihan legislatif secara lebih masif. Dunia penyiaran disebutnya harus mengambil peran sebagai agen perubahan dan mendukung hajatan politik Indonesia.
Kegiatan Literasi Media menjadi salah satu program kerja strategis KPI pada 2019. Manado adalah kota pertama yang menjadi tuan rumah, disusul agenda literasi media lain yang tahun ini bakal digelar total 10 kali di 10 kota berbeda.