Ahad 03 Feb 2019 21:13 WIB

Niat Baik Jadi Petaka, Cerita Kader Jumantik Dipukul Warga

Salah satu korban dipukul dan dibenturkan kepalanya hingga pingsan

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berfoto bersama para kader juru pemantau jentik (jumantik) Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Ahad (3/2).
Foto: Republika/Mimi Kartika
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berfoto bersama para kader juru pemantau jentik (jumantik) Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Ahad (3/2).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Mimi Kartika/Wartawan Republika

Pagi-pagi pada Jumat (1/2) lalu para juru pemantau jentik (jumantik) Kelurahan Lenteng Agung Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan sudah bersiap berkeliling rumah warga. Mereka melakukan proses edukasi dan memantau pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus.

Kegiatan tersebut antara lain menguras, menutup, dan mengubur atau mendaur ulang wadah atau tempat penampungan air yang berpotensi tempat bertelurnya nyamuk Aedes aegypti. Akan tetapi, kejadian tak diharapkan menimpa kepada beberapa kader jumantik pada Jumat (1/2) lalu.

Mereka adalah Djayanti (38), Nur Azizah (42), dan Desy Anita (33). Mereka mendapat pukulan dari seorang warga yang rumahnya akan disambangi kader jumantik di Jalan Haji Ali RT 08 RW 05. Akibat kejadian itu, ketiganya masih menderita luka lebam di mata dan kepalanya.

Nur Azizah menceritakan, dirinya mendapat sedikitnya empat pukulan. Kendati sudah dua hari berlalu, tampak luka lebam masih membiru di mata kirinya. Sklera atau bagian dinding mata yang berwarna putih pun berwarna merah.

"Sampai empat kali saya dipukul," ujar Azizah kepada wartawan di kediaman Djayanti, Ahad (3/2).

Ia memaparkan, saat itu kader jumantik akan memeriksa jentik di salah satu rumah warga, laki-laki berusia 40-an. Menurut Azizah, sebelum masuk rumah warga, kader jumantik selalu meminta izin terlebih dahulu. 

Djayanti menceritakan, mereka datang dengan mengatakan permisi dan mengucapkan salam serta mengutarakan maksud untuk memeriksa jentik nyamuk. Akan tetapi, si pemilik rumah langsung bangun dari duduknya dan meminta kader jumantik untuk tidak memeriksa rumahnya.

"Tidak usah, rumah saya sudah bersih. Situ disuruh sama siapa? Tidak saya tidak mau dibersihkan. Saya sudah bisa bersihkan sendiri," tiru Djayanti mengatakan kalimat yang diucapkan pemilik rumah tersebut.

Ia mengatakan, kendati sudah diberi alasan kader jumantik sebagai langkah pencegahan DBD tetapi laki-laki tak kunjung memberikan izin. Sehingga, Djayanti bermaksud untuk mengambil foto si pemilik rumah sebagai laporan kepada kelurahan.

Namun yang ia dapatkan sebuah ancaman. Hingga akhirnya Djayanti mendapat pukulan pertama. Desi menambahkan, mereka langsung keluar dari pagar rumah tetapi pemilik rumah mengejar. Atas hal itu, Desi pun sempat mendorong laki-laki itu agar menjauh dari para kader jumantik.

"Langsung saya bilang eh pak jangan gitu dong. Kok beraninya sama perempuan. Kita langsung keluar tetapi dia ngejar dari belakang. Saya melihat saya dorong," ungkap Desi.

Namun, ia pun mendapat perlakuan kasar hingga akhirnya jatuh pingsan. Ia tak tahu perbuatan laki-laki itu kepada dirinya. Ia hanya tahu dari cerita kader jumantik lainnya bahwa kepala Desi dibenturkan hingga keluar darah dari hidungnya. 

Tak berselang lama, pemilik rumah yang menolak kader jumantik dan memukul mereka diamankan pihak kepolisian. Menurut dia, sekitar pukul 10.00 WIB laki-laki itu sudah dibawa ke Polsek Jagakarsa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement