REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Budi Setiawan mengatakan, sejak 2007, MDMC sudah menerapkan sekolah siaga bencana. Semakin gencar usai gempa Yogyakarta dan Jawa Tengah di sekolah-sekolah Muhammadiyah.
Ia menilai, pendidikan aman bencana dapat diterapkan dalam nilai-nilai yang diajarkan guru ke murid, bila guru-guru juga memahami definisi bencana. Bahkan, pelajaran bencana bisa dimasukkan dalam mata pelajaran seperti matematika.
"Misalnya, para siswa diajak berhitung berapa jumlah orang yang meninggal akibat terdampak gempa dan tsunami di Palu," kata Budi dalam Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia di Gedung Muhammadiyah Yogyakarta, Jumat (3/2).
Budi berpendapat, pendidikan aman bencana di sekolah juga berkaitan dengan kesiapsiagaan dan kesadaran warga sekolah terhadap adanya potensi bencana. Utamanya, di lingkungan sekolah.
"Jika nanti mereka melihat-melihat angka dalam jumlah besar, maka siswa dapat diajak berpikir untuk mengurangi risiko bencana tersebut," ujar Budi.
Untuk itu, ia menegaskan, MDMC PP Muhammadiyah terus meneguhkan komitmen dalam pendidikan bencana. Salah satunya dengan mendorong pembentukan Sekretariat Daerah (Sekda) Sistem Pendidikan Aman Bencana (SPAB).
Selain itu, sejak 2010, MDMC telah rutin mengirimkan wakil-wakilnya dalam Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia (KPBI). Semua itu dilakukan tidak lain demi mewujudkan betul internasilisasi nilai-nilai dalam pendidikan bencana.