Ahad 03 Feb 2019 06:47 WIB

Kala Rusia-AS Tangguhkan Perjanjian Nuklir

Rusia memulai pengembangan rudal baru hipersonik yang bakal direspons AS.

Laboratorium Nuklir Amerika Serikat di Idaho
Foto: reuters
Laboratorium Nuklir Amerika Serikat di Idaho

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Kamran Dikarma

MOSKOW -- Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah menangguhkan perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF) yang dijalin negaranya dengan Amerika Serikat (AS). Dia pun memerintahkan agar Kremlin tidak memulai perundingan dengan Washington.

Di pihak lainnya, AS telah mengatakan akan menarik diri dari perjanjian INF yang dijalin dengan Rusia dalam enam bulan. Washington akan mempertimbangkan kembali keputusannya jika Moskow mematuhi perjanjian tersebut.

Kedua pihak, baik Rusia maupun AS, memiliki pendapatnya sendiri. "Para mitra Amerika telah menyatakan mereka menangguhkan keikutsertaan mereka dalam kesepakatan itu. Kami juga menangguhkannya," kata Putin dalam pertemuan dengan para menteri luar negeri dan pertahanan pada Sabtu (2/2).

Putin memerintahkan agar para menteri atau pejabat pertahanan tidak memulai perundingan dengan AS. Sebab, dia menilai, Rusia telah cukup lama berinisiatif melakukan hal tersebut.

"Kami telah berulang kali, selama beberapa tahun, dan terus-menerus mengajukan pertanyaan tentang perundingan substantif tentang masalah pelucutan senjata, khususnya, pada semua aspek. Kami melihat, bahwa dalam beberapa tahun terakhir mitra (AS) belum mendukung inisiatif kami," ujar Putin.

Dengan menangguhkan diri dari perjanjian INF, kata Putin, Rusia akan mulai mengembangkan rudal baru, termasuk hipersonik. Langkah tersebut diprediksi segera direspons oleh AS.

Pada Jumat lalu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan akan menarik negaranya dari INF dalam tempo enam bulan. Negaranya akan berhenti menganggap terikat dalam INF sejak Sabtu. Keputusan hanya dapat diubah jika Rusia mulai mematuhi semua ketentuan dalam INF. Langkah itu dilakukan guna menekan Rusia agar bersedia mencapai kesepakatan baru dalam enam bulan.

"Jika Rusia tidak kembali ke kepatuhan penuh dan dapat diverifikasi dengan perjanjian dalam waktu periode enam bulan, yakni dengan menghancurkan rudal dan peluncur mereka yang melanggar INF, perjanjian itu akan berakhir," kata Pompeo.

INF ditandatangani AS dan Uni Soviet pada 1987. Perjanjian tersebut melarang kedua belah pihak memproduksi atau memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer. Sejak 2014, AS kerap menuding Rusia melanggar INF. Namun, tudingan itu selalu dibantah oleh Moskow.

Pada Oktober 2018, Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencananya menarik AS dari INF. Rencana tersebut juga telah disampaikan secara resmi kepada Rusia pada Desember tahun lalu.

Rencana mundurnya AS dari INF memicu kekhawatiran, terutama dari Eropa. Benua Biru telah menganggap INF sebagai fondasi keamanannya. Dengan hengkangnya AS, potensi terjadinya perlombaan senjata baru seperti era Perang Dingin terbuka lebar dan akan menempatkan Eropa dalam bahaya.

Disesalkan banyak pihak

Sebelum Pompeo mengumumkan hal itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov telah menyatakan penyesalan atas sikap AS yang seolah enggan melakukan perundingan. "Keengganan orang Amerika untuk mendengar argumen apa pun dan untuk mengadakan negosiasi substantif dengan kami menunjukkan bahwa keputusan untuk melanggar perjanjian ini diambil di Washington sejak lama," ujar Peskov.

Sebelumnya, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov telah melakukan pembicaraan dengan Wakil Menteri AS untuk Kontrol Senjata dan Keamanan Internasional Andrea Thompson di Beijing, Cina, Kamis (31/1). Mereka bertemu di sela-sela pertemuan puncak lima kekuatan nuklir dunia.

Pertemuan Ryabkov dan Thompson yang sengaja dilakukan untuk mempertahankan perjanjian INF tak membuahkan hasil positif. Menurut Ryabkov, AS memang tidak lagi berniat berada dalam perjanjian tersebut.

"AS memberlakukan periode 60 hari di mana kami harus memenuhi ultimatum mereka. Saya menyimpulkan bahwa AS tidak mengharapkan keputusan apa pun dan semua ini adalah permainan yang dibuat untuk menutupi keputusan domestik mereka menarik diri dari perjanjian INF," kata Ryabkov, dikutip laman Sputnik.

Pada 4 Desember tahun lalu, Pompeo mengatakan, Rusia memiliki waktu 60 hari untuk mulai mematuhi perjanjian INF. Ultimatum diberikan setelah Washington mengumumkan niatnya mundur dari INF. AS menuding Rusia melanggar perjanjian INF dengan memiliki rudal 9M729, tapi Moskow menyangkalnya. Pada pertemuan pertengahan Januari lalu, Rusia mengklaim telah menawarkan agar para ahli AS melakukan inspeksi dan melihat langsung rudal 9M729. Namun, AS menolak tawaran tersebut.

Terkait hal itu, Menteri Luar Negeri Cina mendesak AS tak menarik diri dari kesepakatan INF dengan Rusia. "Sebagai kesepakatan bilateral yang penting dalam pengontrolan senjata dan pelucutannya, pakta ini punya pengaruh nyata dalam meningkatkan hubungan antara kedua kekuatan besar, memperkuat perdamaian internasional dan regional, mempertahankan keseimbangan strategi dan stabilitas global," kata Menlu dalam pernyataannya di situs resminya.

"Cina menentang aksi penarikan AS itu dan mendesak AS dan Rusia untuk menangani perbedaan pendapatnya melalui dialog yang konstruktif," sambung pernyataan tersebut yang memperingatkan bahwa upaya penangguhan kesepakatan INF yang berakhir pada awal 2021 itu akan berakibat buruk.

Sementara, Pemerintah Prancis meminta Rusia untuk memanfaatkan waktu selama enam bulan yang diajukan AS dalam penangguhan INF untuk menuruti kewajibannya sesuai petunjuk dalam kesepakatan. Menlu Prancis mengatakan penyesalan dalam pernyataannya atas keputusan penarikan diri AS dari INF. Kementerian Luar Negeri menyebutkan, Prancis akan mendukung dialog dengan Rusia selama periode enam bulan itu dan berkonsultasi dengan mitra sekutu di NATO.

(reuters ed: dewi mardiani)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement