REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut bonus demografi yang dirasakan bangsa Indonesia saat ini, adalah buah dari perjuangan di masa lalu. Menurut JK, bonus yang dinikmati sekarang dimana penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dibandingkan penduduk yang tidak produktif (0-14 tahun dan usia lebih dari 65 tahun), merupakan hasil kesuksesan kampanye tentang Keluarga Berencana (KB) di masa lalu.
"Kampanye KB Dua Anak Cukup, dengan kebijakan KB yang dulu, baru sekarang terlihat hasilnya [bonus demografi]," ungkap Wakil Presiden (Wapres) ketika menerima Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Nofrijal, di Istana Wapres, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (1/2).
Karena keberhasilan tersebut, JK pun menanyakan kelanjutan kampanye KB untuk masa sekarang dan mendatang. Menurut Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Nofrijal, pertemuan dengan Wapres JK juga melaporkan perkembangan kampung KB dan kampanye KB. Menurutnya, kampanye kependudukan saat ini dilakukan hanya pada momentum-momentum tertentu saja, seperti saat Hari Keluarga.
Nofrijal mengungkapkan, kampanye melalui media cetak dan elektronik tentang KB, saat ini tidak sesering zaman dahulu. Saat ini, imbauan kepada masyarakat lebih fokus pada pembangunan keluarga sejahtera, sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
"Lewat media yang ada, media elektronik, koran, itu tetap kita upayakan terus Pak, untuk memperkenalkan, namun yang lebih penting kita sampaikan ke masyarakat itu integrasi dengan pembangunan keluarga, karena amanat UU juga untuk kita menyukseskan pembangunan keluarga sejahtera,” ujar Nofrijal kepada JK.
Nofrijal juga melaporkan Total Angka Kelahiran (Total Fertelity Rate/TFR) di Indonesia turun dari 2,6 anak per wanita di 2012 menjadi 2,4 anak per wanita di 2017. Hal tersebut sejalan dengan menurunnya laju pertumbuhan penduduk dari 1,49 persen per tahun (200-2010) menjadi 1,38 persen per tahun (2010-2015) dan proyeksi 1,19 persen per tahun (2015-2020).
Dalam kesempatan itu, dilaporkan juga bahwa daerah yang paling efektif melaksanakan program KB adalah Jawa Timur, Jawa Tengah dan diikuti Jawa Barat. Sedangkan daerah yang kurang efektif dalam melaksanakan program KB adalah daerah-daerah Indonesia Timur, disebabkan faktor adat istiadat dan kebudayaan.
“Daerah yang kurang berhasil masih di Timur, NTT, Papua, suami maunya anaknya banyak walau ibu-ibu Papua ingin mengatur kelahiran, mengurangi kelahiran, tapi faktor suami, faktor kebudayaan [menghalangi keinginan mereka]," ujarnya.