Kamis 31 Jan 2019 21:40 WIB

DBD Telah Merenggut 145 Jiwa

Mayoritas korban meninggal berusia 5-14 tahun.

Rep: RR Laeny Sulistyawati/ Red: Satria K Yudha
Petugas kesehatan memberikan penanganan medis kepada pasien penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Rabu (30/1/2019).
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Petugas kesehatan memberikan penanganan medis kepada pasien penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Rabu (30/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan, penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang meninggal dunia telah mencapai 145 jiwa selama 1-31 Januari 2019. Adapun jumlah penderita DBD di seluruh Indonesia mencapai 15.132 orang. 

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Widyawati mengatakan, Provinsi yang mempunyai tren tinggi kasus suspect dengue adalah Jawa Timur (Jatim), Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara (Sulut), Lampung, dan DKI Jakarta. 

Dari 145 korban meninggal, sebanyak 57,89 persen di antaranya merupakan anak-anak berusia 5-14 tahun. Selanjutnya, umur 15.44 tahun sebanyak 19,3 persen, kurang dari satu tahun 1,75 persen, 1-4 tahun sebanyak 12,28 persen, dan lebih dari 44 tahun sekitar 8,77 persen.

Widyawati mengatakan, ada banyak faktor yang membuat jumlah korban meninggal akibat DBD terus bertambah. Salah satunya adalah adanya kemungkinan kondisi penderita saat dibawa ke fasilitas kesehatan sudah syok atau mengalami penurunan kesadaran akibat terlambat dibawa. 

"Makanya kami terus edukasi kepada masyarakat Indonesia. Misalnya panas selama tiga hari langsung dibawa ke pusat layanan kesehatan," katanya.

Tak hanya itu, pihaknya juga membuat surat edaran Kemenkes kepada gubernur tentang kesiapsiagaan peningkatan kasus DBD, menggerakkan masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M plus, dan mengaktifkan kelompok kerja DBD di setiap kabupaten dan kota. 

Dia menambahkan, Kemenkes juga telah mendapatkan komitmen dari banyak rumah sakit untuk menangani pasien DBD sebaik mungkin. "Kalaupun ada antrean masuk RS, maka akan dirujuk," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement