REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Salah satu unit usaha Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Rumah Sakit (RS) UAD, berhasil memperoleh akreditasi utama atau bintang empat pada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1 beberapa waktu yang lalu. "Kami bangga dengan prestasi ini," ujar Direktur RS UAD, Prof Rusdi Lamsudin, dalam konferensi pers, Rabu (30/1).
Rusdi mengatakan terdapat 15 indikator yang dinilai dalam pemberian SNARS tersebut. Beberapa di antaranya adalah pengendalian mutu dan pelayanan pasien. Setelah mempersiapkan secara matang selama tiga bulan akhirnya RS UAD mendapatkan hasil optimal setelah memperoleh akreditasi utama.
Padahal, kata dia, RS UAD merupakan rumah sakit yang relatif baru. Rumah sakit yang bernama RSU Holistika Media sebelum diakuisisi UAD tersebut baru mulai beroperasi pada 2 Agustus 2017. "Terdapat banyak rumah sakit yang lebih tua dari RS UAD namun hanya mendapatkan bintang satu atau bintang tiga," katanya.
Diakuinya, bintang empat bukanlah yang terbaik dalam SNARS Edisi 1 kemarin. Masih ada status akreditasi paripurna atau bintang lima. RS UAD pun mengincar status tersebut jika terdapat akreditasi lagi.
Sementara itu, Rektor UAD Kasiyarno mengaku gembira dan bersyukur atas pencapaian RS UAD. "Saya sangat berterima kasih kepada Prof Rusdi dan jajaran di RS UAD karena baru sekali maju (akreditasi-Red) langsung memperoleh bintang empat. Semoga pencapaian ini membuat RS UAD semakin memperoleh kepercayaan dari masyarakat," kata Kasiyarno.
Kasiyarno juga mengaku senang karena setelah mendapatkan akreditasi utama tersebut jumlah pasien yang datang ke RS UAD meningkat cukup signifikan. Jika pada bulan September 2018 hanya sekitar 400-500 saja maka pada bulan Desember sudah terdapat 800-900 pasien.
Terkait target memperoleh akreditasi paripurna, Kasiyarno meminta jajaran RS UAD agar bersabar. Yang terpenting untuk saat ini RS UAD mampu mempertahankan pencapaiannya. "Jangan sampai nanti malah tidak sesuai ekspektasi dan menurun," katanya.
Ia mengungkapkan, ke depan RS UAD memang tidak akan diproyeksikan menjadi rumah sakit pendidikan melainkan sebatas rumah sakit satelit. "Ke depan memang kami membutuhkan tidak hanya 1-2 RS satelit, melainkan banyak. UAD sendiri telah bekerja sama dengan berbagai rumah sakit di DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur," katanya.
Ke depan, ia berharap antara RS UAD dengan UAD terjadi kolaborasi yang lebih intensif. Saat ini, mahasiswa kedokteran UAD memang belum bisa memanfaatkan karena usia fakultas baru seumur jagung. Akan tetapi ke depan diharapkan mahasiswa UAD bisa memanfaatkan untuk praktek, co-ass, dan lain sebagainya.