REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengungkap pengalamannya saat menjadi pengusaha sekaligus seorang politikus. Menurut JK, meski berbeda, dua profesi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
JK menilai profesi pengusaha lebih menyenangkan daripada politikus jika dilihat dari sudut pandang kebebasan. "Kalau dari segi kebebasan, menikmati kebebasan jadi pengusaha. Karena politisi banyak etika, aturan," ujar JK saat menjadi narasumber Kadin Talk di Menara Kadin Indonesia, Jalan Rasuna Said Kuningan, Jakarta, Kamis (31/1).
Ia mencontohkan konsekuensi dari profesi di dunia politik sebagai wakil presiden, tidak ada lagi kebebasan sebagai pribadi. "Seperti sekarang mau pergi diikuti. Resikonya nggak ada lagi kemerdekaan pribadi dan selalu juga dikhawatirkan, jadi kiri ke kanan tergantung protokol. Itu juga tidak enak," ujar JK.
Namun, JK mengakui profesi sebagai wapres juga banyak memberi keuntungan bagi dirinya. Salah satunya dari sisi pengawalan protokoler yang membuatnya tidak merasakan kemacetan lalu lintas.
"Lima tahun terakhir tidak macet, Kemudian ada peraturan baru, sampai pensiunan wapres tetap dikawal. Jadi seumur hidup tidak akan macet," kata JK.
Kendati demikian, JK berpesan agar generasi muda tidak mengikuti dirinya, tetapi lebih fokus dalam menggeluti suatu profesi. Hal itu agar lebih fokus dalam menekuni profesi yang dipilih sejak awal.
"Jangan seperti saya pernah 35 macam, termasuk di Jakarta ini. Artinya fokus dunia usaha, jangan sambilan dunia usaha, sambilan juga politik. Karena tidak mungkin fokus dua-duanya. Atau fokus pengusaha, sambilan di DPR," ujar JK.