REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Aktivitas Gunung Merapi memang mengalami peningkatan. Setelah sejumlah guguran lava pijar selama delapan bulan terakhir, pada Rabu (30/1) malam, Gunung Merapi mulai mengeluarkan guguran awan panas. Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat, guguran awan panas pertama terjadi pada Selasa (29/1) malam pukul 20.17 WIB. Jarak luncur 1.400 meter dengan durasi 141 detik.
Kejadian itu didului kegempaan yang terjadi beberapa kali sepanjang pukul 00.00 WIB hingga 20.00 WIB. Satu kali gempa frekuensi kecil, dua gempa multifase, 29 guguran dan satu gempa tektonik jauh.
Selain itu, pengamatan menunjukkan guguran lava pijar terlihat sembilan kali dengan jarak luncur 200 hingga 700 meter. Setelah guguran awan panas pertama, guguran awan panas kedua terjadi pada pukul 21.53 WIB.
Jarak luncurnya sekitar 1.350 meter dengan durasi 135 detik. Semua guguran awan panas yang terjadi menuju hulu Kali Gendol. Hujan abu tipis menjadi kejadian yang mengikuti setelahnya.
Hujan abu dilaporkan terjadi di sebagian Kota Boyolali, Kecamatan Musuk, Mriyan, Mojosongo, Teras, Cepogo, Simo, Kabupaten Boyolali dan Kecamatan Kemalang serta Kabupaten Klaten. "Sehubungan kejadian awan panas guguran denga jarak luncur yang masih relatif pendek, tingkat aktivitas Gunung Merapi masih ditetapkan tingkat waspada atau level dua," kata Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, Kamis (31/1).
Hanik turut mengimbau agar masyarakat, khususnya yang berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III tetap tenang. Tapi, walau tetap bisa beraktivitas seperti biasa, masyarakat diminta selalu mengikuti informasi aktivitas Gunung Merapi.
BPPTKG masih menetapkan radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi agar dikosongkan segala aktivitas penduduk. Pendakian juga tidak direkomendasikan kecuali untuk kepentingan mitigasi bencana.
Pengamatan BPPTKG sepanjang Rabu (30/1), pukul 00.00-24.00 WIB, secara visual asap solfatara warna putih terus terlihat dengan intensitas tipis, sedang hingga tebal. Ketinggian sekitar 50 meter di atas puncak.
Satu hari setelah guguran awan panas, pengamatan pada Kamis (31/1) mulai 06.00-12.00 WIB masih terjadi guguran sebanyak 9 kali dengan durasi 19-138 detik. Dari itu, teramati dua guguran lava pijar.
Terkait kondisi itu, Pemkab Sleman telah melakukan sejumlah antisipasi. Mulai mendirikan pos pantau di 12 titik, membagikan 600 ribu masker untuk antisipasi ancaman abu vulkanik, dan menyiagakan 12 barak pengungsi. "Kita juga sudah memasang 164 rambu evakuasi, serta sebanyak 20 early warning system (EWS) sudah dalam kondisi aktif," ujar Bupati Sleman, Sri Purnomo, saat ditemui di Ruang Rapat Setda Sleman, Kamis (31/1).