Selasa 29 Jan 2019 01:17 WIB

Permintaan Kue Keranjang di Sukabumi Menurun Jelang Imlek

Pengrajin kue keranjang mengklaim penurunan permintaan hingga 25 persen.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Nur Aini
Kue keranjang (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Noveradika
Kue keranjang (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Permintaan kue keranjang atau dodol Cina di Kota Sukabumi mulai mengalami peningkatan menjelang tahun baru Cina atau imlek. Namun pada tahun ini permintaan kue keranjang mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.

Hal ini terlihat dari sentra pembuatan kue keranjang di Jalan Tipar Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi. Di mana para pembuat kue keranjang mulai memenuhi pesanan dari warga.

‘’Penjualan mengalami penurunan mencapai 25 persen,’’ ujar salah seorang pengrajin kue keranjang di Jalan Tipar Sukabumi, Afat kepada wartawan Senin (28/1). Salah satunya karena harga kue keranjang yang mengalami kenaikan harga dibandingkan sebelumnya. Selain itu kebiasaan mengirim dodol Cina kepada kerabat atau yang lainnya mulai berkurang.

Namun, kata Afat, para pengrajin tetap memproduksi kue keranjang yang hanya dibuat satu tahun sekali tersebut. Terlebih produksi kue tersebut merupakan usaha turun temurun.

Menurut Afat, setiap tahun jumlah pesanan dodol Cina yang dibuat di rumahnya ini mengalami peningkatan hingga 30 persen. Namun pada 2019, pesanan menurun. Di mana salah satu tandanya bahan untuk membuat dodol berkurang dari 37 ton menjadi 30 ton.

Afat menerangkan, kue musiman itu tidak hanya diproduksi menjelang imlek. Usaha rumahan kue keranjang yang berdiri sejak tahun 1960 hingga kini terus berproduksi hingga tahun Anjing tanah ini.

Kue keranjang kata Afat, dijual seharga Rp 38 ribu per kilogram. Dalam satu hari tempat usahanya bisa memproduksi hingga 1 ton.

Namun untuk harga eceran ungkap Afat, dijual Rp 19 ribu per biji. Kue keranjang ini dipasarkan ke beberapa kota besar, seperti Bandung, Bogor, Jakarta, dan Sukabumi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement