Senin 28 Jan 2019 21:45 WIB

Ditjen PAS Terus Upayakan Deradikalisasi Napiter

Komunikasi napiter dengan korban membuat napiter tersentuh emosinya.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Muhammad Hafil
Terorisme (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Terorisme (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepala Bagian Humas Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) Ade Kusmanto mengatakan, saat ini ada 382 narapidana teroris dan 213  tahanan teroris tersebar diseluruh lapas dan rutan seluruh Indonesia. Upaya deradikalisasi terus dilakukan oleh Ditjen PAS dan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT).

Menurut Ade, meskipun masih banyak napiter yang tidak mau mengakui pancasila dan kedaulatan NKRI, namun tak sedikit pula napiter yang mau mengikuti deradikalisasi. "Data terakhir, 59 orang yang tadinya radikal sudah menyatakan ikrar kesetiaan kepada pacasila dan NKRI," ungkap Ade kepada Republika.co.id, Senin (28/1).

Ade menjelaskan, dalam membina napiter  ideolog atau militan  yang ditempatkan di lapas super maximum security, Ditjen PAS bersama BNPT menggunakan pendekatan keamanan dan pendekatan pembinaan. Pamong atau wali atau petugas pemasyarakatan dalam mendampingi napiter  perlu waktu dalam membina napiter, ada yang sudah kooperatif mau mengikuti program pembinaan kepribadian dan kemandirian.

"Tetapi saat dibina dengan pendekatan kata-kata deradikalisasi yang disentuh ideologinya,  mereka cenderung sensitif dan menarik diri , seharusnya kepercayaanya dulu yang disentuh. Mencari persamaan dulu konsep antara napiter dengan pihak pendamping baik dari lapas, densus maupun BNPT sehingga napiter akhirnya tertarik untuk menyatakan ikrar kesetiaan kepada NKRI," terang Ade.

Sehingga, pendekatan yang dilakukan adalah salah satunya dengan mengidentifikasi untuk mengetahui latar belakang, psikologi dan jaringan ideologi napiter. Kedua adalah re-edukasi dan yang ketiga adalah rehabilitasi.

"Pembinaan napiter juga bekerjasama dengan para akademisi dari universitas sekitarnya. Seperi IAIN, UI dan lainnya,"  kata Ade.

Selanjutnya,  sambung Ade, ada pendekatan sistem baru yaitu dengan melakukan pendekatan korban dengan diajak untuk interaksi dengan napiter sehingga timbul empati. Karena adanya  komunikasi napiter dengan korban membuat napiter tersentuh emosinya sehingga menyadari kesalahannya yang mengakibatkan banyak korban.

"Dengan pendekatan tersebut akhirnya napiter menyatakan ikrar kesetian kepada NKRI," jelas Ade.

Direktur Pembinaan Narapidana dan Latihan Kerja Produksi ( Binapi dan Latker Produksi)  Harun Sulianto mengungkapkan saat ini ada 67 narapidana teroris  dari 382 yang hardcore itu tidak mau melaksanakan program deradikalisasi. "Sementara yang menolak deradikalisasi 157 orang dari 382," kata Harun.

Sementara Kepala BNPT Suhardi Alius mengatakan, upaya yang dilakukan untuk para napi teroris yang masih menjadi tahanan, BNPT sering menggunakan ulama untuk mengajak diskusi dan menyadarkan para napi teroris.biasanya BNPT mengirim ulama yang lebih tinggi ilmunya.

Kendati demikian, napi teroris kategori hardcore seperti Abu Bakar Baasyir memang sulit untuk mengikuti program deradikalisasi."Tapi ada juga orang-orang yang hardcore itu tidak mau melaksanakan program deradikalisasi. Tapi tetap kita upaya untuk bisa tersentuh, supaya kita minimal bisa mereduksi mindset ideologi mereka," kata Suhardi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement