Senin 28 Jan 2019 19:28 WIB

Ini Sikap PDIP Soal Pelemparan Batu ke Masjid Jogokariyan

PDIP menilai ada pembiaran dalam kericuhan itu.

Rep: Wahyu Suryana/Hasanul Rizqa/ Red: Muhammad Hafil
Masjid Jogokariyan di Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Masjid Jogokariyan di Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua DPD PDIP DI Yogyakarta, Bambang Praswanto, turut angkat suara soal kabar kader yang disebut melakukan pelemparan batu ke Masjid Jogokariyan. Ia mempersilakan pelakunya dipolisikan jika memang ada bukti.

"Kalau memang ada bukti diserahkan saja, biar diproses secara hukum," kata Bambang saat ditemui di DPD PDIP DIY, Senin (28/1).

Sejauh ini, Bambang sendiri memilih untuk menunggu penyelidikan yang dilakukan Polisi. Ia menegaskan, pihaknya secara penuh taat hukum, dan akan tetap menanti hasil penyelidikan Polisi sebelum berkomentar.

Terlebih, ia mengungkapkan, keributan yang melibatkan elemen masyarakat yang Ahad (28/1) itu memberikan dukungan kepada Jokowi-Ma'aruf terjadi di beberapa titik. Bahkan, sekitar 5-6 titik di Kota Yogyakarta.

"Dan korban-korban luka ada yang dibawa ke Sardjito, Ludira Husada, Hidayatullah, Bethesda," ujar Bambang.

Sekretaris DPD PDIP DI Yogyakarta, Yuni Satia Rahayu, justru mempertanyakan peran Polisi saat keributan yang terjadi. Bahkan, ia menilai, ada pembiaran saat ada orang yang membawa senjata tajam.

"Ada masyarakat yang seret-seret pedang, kenapa Polisi membiarkan," kata Yuni.

Ia turut mengucapkan bela sungkawa kepada anak-anak dari massa pendukung PDIP yang menjadi korban peristiwa tersebut. Baik yang luka ringan, maupun yang mengalami luka cukup berat dan dirawat di rumah sakit.

Yuni menyayangkan, kegiatan itu yang telah mendapat izin Polda, malah tidak mendapat pengawalan. Padahal, ia menilai, jika satu kegiatan telah diizinkan ada konsekuensi Polisi untuk melakukan pengamanan. 

Kericuhan antara sekelompok orang yang menggunakan atribut Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan pemuda Masjid Jogokariyan, Yogyakarta, terjadi pada Ahad (27/1) kemarin. Kedua pihak sepakat untuk menyelesaikan kericuhan tersebut secara damai dan kekeluargaan.

Tokoh Masjid Jogokariyan, Ustaz Jazir ASP, mengatakan, kericuhan berawal ketika massa PDIP melintas di Jalan DI Panjaitan, Mantrijeron, Kota Yogyakarta, usai menghadiri kegiatan di Mandala Krida. "Sekitar pukul 16.05, massa melintas di depan Masjid Jogokariyan dan sempat merusak bendera serta spanduk di sekitar masjid, serta membleyer-bleyer sepeda motor (memainkan gas sepeda motor berulang-ulang), sehingga menimbulkan suara bising di dekat Masjid Jogokariyan," ujar Ustaz Jazir saat dihubungi, Senin (28/1).

Setelah mendengar kebisingan mereka, sejumlah pemuda Masjid Jogokariyan pun keluar dari masjid itu dan menghadang serta mengejar massa PDIP tadi. Maka, terjadilah cekcok mulut. Ketegangan di antara kedua belah pihak pun tak terhindarkan.

"Berikutnya, pihak koramil dan polsek setempat mencoba melerai. Babinsa Koramil 09/MJ Serka Suyatno dan Babinkamtibmas Polsek Mantrijeron turun ke lokasi kejadian," jelasnya.

Memasuki pukul 17.15 WIB sore hari (27/1), kedua belah kubu difasilitasi oleh pihak-pihak, yakni Bawaslu, Polsek Mantrijeron, dan Koramil 09/MJ. Mediasi berlangsung di Pendopo Kecamatan Mantrijeron. Turut hadir di sana, yakni Camat Mantrijeron, Kapolsek Mantrijeron, Danramil 09/MJ, Bawaslu, Panwas Kecamatan Mantrijeron, Ustadz M Fanni Rahman selaku ketua Takmir Masjid Jogokariyan.

"Hadir juga Ketua DPC PDIP Kecamatan Mantrijeron yang juga calon legislatif DPRD Kota Yogyakarta, Junianto. Terakhir, Ketua FJI DI Yogyakarta, Darrohman," ucapnya.

Upaya mediasi itu dijeda ketika azan Maghrib berkumandang. Selanjutnya, perundingan itu diteruskan sejak pukul 18.45 WIB di ruang kantor Kecamatan Mantrijeron. Ada beberapa butir sebagai hasil mediasi itu. Camat Mantrirejon meminta masalah yang terjadi pada Ahad (27/1) sore itu dapat diselesaikan oleh kedua belah pihak sebagai sama-sama anak bangsa dan warga masyarakat.

Ustaz Jazir melanjutkan, Kapolsek Mantrijeron juga menghendaki agar musyawarah dapat menyelesaikan masalah tersebut, sehingga wilayah Mantrijeron dapat menjadi rukun seperti sedia kala. Keinginan yang sama juga disampaikan Danramil 09/Mantrijeron yang berharap permasalahan ini selesai malam itu juga dan tidak melebar lebih jauh, khususnya di Kota Yogyakarta.

Ketua Takmir Masjid Jogokariyan, Ustaz M Fanni Rahman kemudian meminta pihak PDIP atas nama Saudara Kelinci untuk meminta maaf. Ustaz Fanni juga meminta Junianto, yang merupakan caleg PDIP untuk menjembatani antara pihak Kelinci dan jamaah Masjid Jogokariyan. Junianto langsung menyanggupi permintaan tersebut.

"Saya sebagai yang dituakan di DPC PDIP Mantrijeron, apabila ada suatu hal yang salah (dalam pandangan) di antara teman kita dari jamaah Masjid Jogokariyan, saya meminta maaf yang sebesar-besarnya. Kita berharap, ke depan semua antarwarga bisa bersilaturahmi dengan baik. Kita bisa meredam masing-masing. Perbedaan pandangan boleh, tapi tujuan kita sama. Semua ini menjadi pembelajaran bagi kita. Sekali lagi, saya minta maaf apabila teman saya ada yang salah, dan akan saya temukan besok (Senin hari ini) antara Saudara Kelinci dan pihak jamaah Masjid Jogokariyan untuk meminta maaf,” kata Junianto dalam keterangan tertulis yang disampaikan Ustaz Jazir kepada Republika.co.id, Senin (28/1).

Pada intinya, Ustaz Jazir menegaskan situasi sudah kembali kondusif di sekitar Masjid Jogokariyan sejak Ahad (27/1) malam, yakni setelah mediasi berjalan lancar. "Sudah kondusif sekarang. Cuma, kita siaga saja. Artinya, kita biasa-biasa saja, tetapi siap," ucapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement