Senin 28 Jan 2019 13:42 WIB

NTB Waspadai Meluasnya Kasus DBD

Pasien suspect DBD di NTB mencapai 100 orang.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas kesehatan memberikan penanganan medis kepada pasien penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit Umum Daerah Simpang Lima Gumul, Kediri, Jawa Timur, Kamis (17/1/2019).
Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Petugas kesehatan memberikan penanganan medis kepada pasien penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit Umum Daerah Simpang Lima Gumul, Kediri, Jawa Timur, Kamis (17/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Januari  mengalami peningkatan dibanding periode yang sama pada tahun lalu. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Nurhandini Eka Dewi menyebutkan, jumlah pasien yang diduga DBD di NTB pada Januari ini mencapai hampir 100 pasien yang tersebar di seluruh NTB.

Eka membandingkan, jumlah kasus DBD pada 2018 mencapai 872 pasien. "Status belum KLB karena akan nyatakan KLB kalau dia dua kali lipat dari tabun lalu, mungkin kalau angka di atas 1.600 pasien, kita berharap tidak terjadi," ujar Eka kepada Republika.co.id di Mataram, NTB, Senin (28/1).

Eka mengatakan, pasien suspect DBD di NTB telah menjalani perawatan. Proses perawatan terhadap pasien suspect diberikan selayaknya pasien yang sudah dinyatakan positif DBD.

"Kalau sudah diduga DBD harus ada evaluasi pemeriksaan darah dua kali sehari minimal, dari situ kita lihat dia (positif) DBD atau bukan," kata Eka.

Meski jumlah kasus DBD di NTB belum besar, Eka menilai, NTB tetap mewaspadai potensi meluasnya kasus DBD lantaran tahun ini menjadi puncak dari siklus 10 tahun kasus DBD.

Selain itu, lanjut dia, faktor cuaca juga berpengaruh terhadap meningkatnya penyebaran DBD. Hal ini terlihat dari jumlah kasus di Kabupaten Lombok Barat yang relatif lebih banyak dibandingkan kabupaten dan kota lain di NTB.

"Karena curah hujan tertinggi pada awal Januari ada di Lombok Barat, maka (kasus DBD) tertinggi di Lombok Barat, tapi kita lihat nanti pada akhir bulan kan saat ini hujannya sudah merata," ucap Eka.

Eka melanjutkan, warga terdampak gempa yang masih tinggal di lokasi pengungsian juga rentan terhadap penyakit DBD. Pasalnya, banyak warga terdampak gempa belum kembali ke rumah yang rusak akibat gempa.

"Faktor lingkungan berubah, mereka tidur di luar, tidak di dalam rumah, DBD ini penyakit yang dipengaruhi situasi lingkungan, itu juga jadi kewaspadaan kita," lanjut Eka.

Mengantisipasi meluasnya kasus DBD, Pemprov NTB telah dan akan melakukan fogging di wilayah yang rawan dan ada kasus DBD. Selain itu, Eka juga mengimbau masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan dengan tiga M plus.

Tiga M plus meliputi membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air, menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.

"Kalau itu sudah dilakukan insyaAllah jentik tidak ada tempat untuk nyamuk menaruh telur, tidak ada tempat untuk telur menetas," kata Eka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement