Senin 28 Jan 2019 11:19 WIB

Penjelasan Polisi Soal Ricuh di Jogokariyan

Polisi menegaskan masalah di Jogokariyan telah selesai.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Teguh Firmansyah
Masjid Jogokariyan di Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Masjid Jogokariyan di Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Wakapolda DIY, Brigjen Pol Bimo Anggoro Seno mengungkapkan, keributan pada Ahad (27/1) terjadi di beberapa tempat di Yogyakarta. Khusus di Jogokariyan, ia menekankan, peristiwanya terjadi di luar masjid.

"Kalau di masjid itu sebetulnya di luar, tidak serta masjidnya dilempari tapi di luar dan itu sudah diselesaikan takmir masjid, muspika, danramil, kapolsek," kata Bimo saat ditemui di Grand Keisha Hotel, Senin (28/1).

Bahkan, ia mengatakan, Direktur Resor Kriminal Umum (Direskrimum) Polda DIY, Kombes Pol Hadi Utomo, turut turun ke sana untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

Ia menerangkan, kronologi keributan bermula ketika rombongan massa PDIP yang baru pulang dari deklarasi di Mandala Krida melintas. Menurut Bimo, rata-rata rombongan merupakan remaja. "Mungkin iseng atau apa, tidak ada maksud apa-apa sebetulnya," ujar Bimo.

Tapi, tanpa memerinci permasalahan, Bimo menegaskan persoalan itu sudah selesai. Bagi Bimo, yang terpenting semua elemen menjaga situasi dan kondisi yang ada di DIY karena akan menjelang pemilu.

Belum ada pihak-pihak yang diamankan. Selain menyatakan tidak ada kerusakan, Bimo menjelaskan korban luka justru berasal dari pihak rombongan. "Korban hanya luka bacok malah dari pihak yang ikut di Mandala Krida itu, satu, tapi sudah lapor, itu kejadian di Ngampilan tapi," kata Bimo.

Bimo meminta, kejadian-kejadian ini menjadi pelajaran semua pihak. Di samping pengamanan obyek, Ring 1, Ring 2, Ring 3, akan ditambah lagi Ring 4. Pengamanan kantung-kantung yang mungkin terjadi keributan.

Baca juga, Penjelasan Masjid Jogokariyan Soal Ricuh dengan Massa PDIP.

Ia mengakui akan ada pengamanan yang harus ditingkatkan, termasuk di tengah-tengah masyarakat. Sebab, Polisi tidak bisa sendiri tanpa peran serta bantuan masyarakat. "Saya minta ini tidak dibesar-besarkan, untuk menjaga kondisi yang sudah stabil menjelang pemilu ini," ujar Bimo.

Menurut Bimo, keributan pada Ahad (27/1) terjadi di sejumlah titik seperti Ngampilan, Nitikan, dan tempat-tempat lain. Walau mengatakan kasus-kasus sudah dilaporkan Polisi, belum jelas siapa melaporkan dan siapa yang dilaporkan.

Sebelumnya, tokoh Masjid Jogokariyan, Ustaz Jazir ASP menuturkan, keributan terjadi saat massa PDIP melintasi Jalan DI Panjaitan, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, usai menghadiri kegiatan di Mandala Krida.

Sekitar 16.05, massa melintasi Masjid Jogokariyan dan sempat merusak bendera dan spanduk sekitar masjid. Mereka turut memainkan gas sepeda motor yang mereka kenakan secara berulang. "Sehingga, menimbulkan suara bising di dekat Masjid Jogokariyan," kata Jazir saat dihubungi Republika.co.id.

Setelah mendengar kebisingan, sejumlah pemuda ke luar dari Masjid Jogokariyan dan menghadang massa. Terjadilah cekcok mulut dan ketegangan antara kedua belah pihak tidak terelekkan.

Kejadian itu coba dilerai Babinsa Koramil 09/MJ dan Babinkamtibmas Polsek Mantrijeron. Sekitar 17.15, kedua belah pihak difasilitasi Bawaslu, Polsek dan Koramil mengikuti mediasi di Pendopo Kecamatan Mantrijeron.

Mediasi dihadiri tokoh-tokoh. Ada Camat Mantrijeron, Kapolsek Mantrijeron, Danramil 09/MJ, Bawaslu, Panwas Kecamatan Mantrijeron dan Ketua Takmir Masjid Jogokariyan Ustaz Fanni Rahman dan Ketua DPC PDIP Mantrijeron Yunianto. "Sudah kondusif sekarang, cuma kita siaga saja, artinya kita biasa-biasa saja tapi siap," ujar Jazir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement