Sabtu 26 Jan 2019 02:56 WIB

Umrah dan Rekam Biometrik

Berbagai masalah terkait perekaman biometrik ini terus bermunculan.

Arafah, Mekkah
Foto:
Arafah, Mekkah

Saya berterima kasih atas info tersebut dan kemudian meninggalkan lokasi. Saat baru berjalan beberapa langkah menuju parkiran, saya sempat melihat perwakilan manajemen mal mengimbau para calon jamaah umrah untuk tidak duduk di lantai. Perwakilan itu meminta orang-orang yang berkelompok duduk di lantai pindah ke sejumlah restoran yang berada di sisi kantor VFS Tasheel atau mencari tempat lain. Ia ingin ruang terbuka di depan kantor VFS Tasheel itu steril. 

Keesokan harinya, saya diminta kakak untuk datang ke cabang VFS Tasheel yang berada di Pasaraya, Blok M pada Kamis (20/1) pagi. Di sana, saya diarahkan bertemu dengan rekan-rekannya yang membantu pengurusan rekam biometrik ini. Singkat cerita, saya menemui mereka pada pagi dan diminta datang pada sore harinya. Sebab waktu pagi ternyata untuk perekaman pihak yang sudah mendaftar via daring. Sementara yang sore diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak mendaftar via daring, tapi waktu keberangkatannya sudah mepet. Istilah yang digunakan saat itu adalah rombongan urgent.

Sore hari sekitar pukul 16.00 saya kembali ke sana dan sudah ada banyak sekali yang mengantre dan saya masuk ke dalamnya. Antrean pertama, saya hanya diminta menulis nama untuk membuktikan saya sudah mengantre. Kemudian antrean dibubarkan.

Sekitar pukul 17.00 nama saya dipanggil untuk ikut antrean kedua. Pada antrean kedua ini saya diarahkan untuk mendaftar perekaman. Sekitar 15 menit mengantre, saya berhasil mendaftar dan keluar dari kantor itu untuk melaksanakan shalat maghrib. Sebab, menurut petugas di sana, giliran saya masih sangat lama. 

Setelah makan dan shalat maghrib, saya masuk ke dalam kantor VFS Tasheel dan mendapatkan tempat duduk antrean. Di dalamnya cukup nyaman untuk menunggu berjam-jam sekalipun. Sekitar pukul 21.00 akhirnya nomor saya dipanggil. Tak sampai lima menit, proses perekaman sidik jari dan mata tuntas. Saya keluar dengan membawa kertas bukti sudah melakukan perekaman dan menyerahkan kepada teman kakak yang akan menggunakannya untuk pengurusan visa saya. 

Saat saya keluar, masih banyak yang menunggu giliran. Mayoritas orang-orang tua yang usianya saya taksir di atas 50-an. Wajah mereka terlihat lelah, tapi tetap berusaha kuat demi mewujudkan tekad pergi ke Tanah Suci.

Saya langsung teringat para calon jamaah umrah di mal yang saya kunjungi dua hari sebelumnya. Betapa tak nyamannya mereka karena mengantre di lokasi yang tak kondusif. Tanpa kursi antrean di luar kantor dan tak boleh berselonjor di lantai, sebelum bisa duduk nyaman menunggu giliran perekaman di dalam.

Beruntungnya di Pasaraya, kantor perekaman terletak di sudut lantai yang tak banyak pengunjung. Sejumlah peserta pun mendapatkan kursi untuk mengantre di luar walau dengan jumlah terbatas. Yang tak mendapatkan kursi, bisa duduk dengan posisi senyaman mungkin di lantai atau tangga eskalator yang mati sebelum memulai prosedur perekaman. Tak ada kekhawatiran mengganggu orang lewat atau mengusik estetika. Tak ada pula yang menyuruh menunggu antrean di tempat lain.

Pengalaman ini membuat saya kemudian membaca sebanyak-banyaknya tentang aturan maupun berita terkait kewajiban rekam biometrik. Ternyata, proses perekaman ini bermasalah karena terbatasnya kantor cabang VFS Tasheel. Padahal orang-orang yang memerlukan visa umrah datang dari berbagai pelosok Tanah Air.

Bayangkan, orang-orang yang sudah sepuh menempuh perjalanan jauh menghabiskan waktu, tenaga, dan uang hanya untuk menjalani prosedur rekam biometrik yang diwajibkan pemerintah Arab Saudi. Dalam rombongan umrah saya saja, ada satu ibu asal Cikarang yang mengaku baru selesai melakukan perekaman sekitar pukul 23.00 WIB di VFS Tasheel cabang Pasaraya!

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement