Jumat 25 Jan 2019 07:50 WIB

Mafia Bola Mengatur Skor dan Menentukan Juara Liga

Mereka juga bisa mengatur siapa juara Liga 2 dan klub mana lolos Liga 1.

Tersangka kasus dugaan pengaturan pertandingan sepakbola Vigit Waluyo (tengah) didampingi pengacaranya memberikan keterangan seusai menjalani pemeriksaan di ruangan Ditreskrimum Polda Jawa Timur di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (24/1/2019).
Foto: Antara/Umarul Faruq
Tersangka kasus dugaan pengaturan pertandingan sepakbola Vigit Waluyo (tengah) didampingi pengacaranya memberikan keterangan seusai menjalani pemeriksaan di ruangan Ditreskrimum Polda Jawa Timur di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (24/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dadang Kurnia, Ronggo Astungkoro

SURABAYA -- Satuan Tugas (Satgas) Antimafia Bola memeriksa tersangka kasus pengaturan skor Vigit Waluyo di Ditreskrimum Polda Jawa Timur, Surabaya, Kamis (24/1). Wakil Ketua Satgas Antimafia Bola Brigjen Krishna Murti mengungkapkan, berdasarkan keterangan Vigit, hampir semua klub terlibat pengaturan pertandingan.

Ia menyebutkan, ada dua modus yang diterapkan klub untuk bisa bertahan di Liga 1 dan Liga 2 Indonesia. Kedua modus yang dimaksud adalah match fixing dan match setting.

Match fixing dilakukan oleh klub untuk mengatur skor yang disesuaikan kebutuhan klub-klub yang ingin bertahan. "Saat ditanyakan siapa saja yang terlibat, katanya hampir semua. Begitu pun match setting juga terjadi di Liga 1, termasuk di Liga 2 Indonesia untuk mengatur siapa yang juara tahun ini," kata Krishna ditemui di Mapolda Jatim, Surabaya, Kamis (24/1).

Khrisna menjelaskan, pemeriksaan Vigit merupakan bagian dari rangka penggalian informasi untuk memberantas mafia bola Tanah Air. Saat ini, menurut dia, Satgas Antimafia Bola sudah melakukan pemeriksaan terhadap puluhan saksi dan menetapkan 11 tersangka.

"Yang dijelaskan oleh yang bersangkutan terkait pertandingan di Liga 2 jadi ini adalah kegiatan yang berlanjut bukan kegiatan baru dalam rangka melengkapi berkas dan membongkar praktik mafia bola Tanah Air," ujar Krishna.

Vigit sudah berstatus sebagai tersangka penyuapan terhadap anggota Komite Disiplin (Komdis) PSSI Dwi Irianto. Suap terhadap Mbah Putih, sapaan Dwi Irianto, dimaksudkan untuk membantu dan mengawal PS Mojokerto Putra dan PSS Sleman lolos ke Liga 1. Vigit disebut-sebut sebagai sosok penting dalam pengaturan skor di sepak bola Indonesia.

Pernyataan Krishna Murti ini adalah yang pertama kalinya Liga 1 disebut masuk dalam rangkaian mafia sepak bola Indonesia. Sebelumnya, pihak kepolisian dan Satgas Antimafia Bola menyatakan masih terfokus pada Liga 2 dan Liga 3.

"Tentunya satgas akan menentukan skala prioritas mana yang harus segera diselesaikan," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (22/1).

Dedi menerangkan, bukan berarti pengusutan hal yang sama di Liga 2, Liga 1, dan yang lainnya bukan merupakan prioritas. "Liga 3 di-clear-kan dulu (baru masuk ke yang selanjutnya). Kalau yang lain-lainnya itu masuk ke prioritas, tapi prioritas yang kedua atau yang ketiga," katanya.

Dedi menyebutkan, pengusutan dugaan pengaturan skor dilakukan agar tak ada lagi persepsi di masyarakat, masih ada orang-orang yang mencoba melakukan praktik pengaturan skor ketika liga tersebut kembali dimulai pada 2019.

Karena itu, menurut dia, Satgas Antimafia Bola akan bekerja keras. Berikan jaminan dulu sampai dengan bulan Mei, sebelum liga itu bergulir. Insya Allah satgas ini akan bekerja sangat keras untuk menyelesaikan mafia pengaturan skor yang ada di liga-liga," tuturnya. 

Pengakuan Vigit

Seusai menjalani pemeriksaan, Vigit secara blak-blakan menceritakan perannya dalam praktik pengaturan skor dan pihak-pihak yang terlibat. Vigit membenarkan, ia terlibat untuk membantu PSS Sleman bisa promosi dari Liga 2 ke Liga 1 Indonesia, terutama pada babak delapan dan empat besar. Meski demikian, Vigit mengaku tidak melibatkan banyak pihak untuk membantu PSS Sleman.

Vigit juga mengungkapkan adanya oknum di PSSI yang turut melindungi agar prestasi PSS Sleman terus terjaga. "Memang itu sudah ada dalam permainan itu beberapa oknum PSSI melindungi (PSS Sleman) agar prestasi tim terjaga baik," kata Vigit.

Vigit mengaku tak menemukan banyak kesulitan untuk membantu memberi kemenangan kepada PSS Sleman. Itu tak lain karena menurutnya kondisi PSS Sleman, mulai dari materi pemain hingga pelatih sudah baik.

"Cuma memang kami menitipkan itu kepada komite wasit agar tetap dilindungi agar tidak ada kontaminasi dari pihak lain," ujar Vigit.

Dia mengungkapkan, ada tiga klub yang biasa meminta bantuannya untuk memenangkan pertandingan. Ketiganya adalah PSMP Mojokerto Putra, PSS Sleman, dan Kalteng Putra.

Meski begitu, Vigit mengaku tidak pernah terlibat dalam pertandingan di Liga 1 Indonesia. Menurutnya, dia hanya terlibat pada pertandingan-pertandingan di Liga 2 Indonesia, yaitu dengan ketiga klub tersebut.

Itu pun, kata dia, hanya melakukan pengaturan dalam pertandingan kandang. "Tidak pernah 'bermain' di laga away," ujar Vigit.

Keterlibatannya dalam praktik pengaturan skor bukan untuk meraih keuntungan dalam hal materi. Vigit pun membantah adanya dugaan bahwa dia dikendalikan bandar judi internasional.

Vigit mengaku tidak pernah memiliki hubungan dengan jaringan bandar judi yang ada di Thailand, Cina, Malaysia, atau di negara lainnya. "Saya hanya mainkan uang saya sendiri untuk kepentingan klub saya sendiri yang saya bina (PSMP Mojokerto Putera)," kata Vigit.

Dalam kesempatan tersebut, ia turut membeberkan bahwa klub-klub di Indonesia banyak yang mendapat perlindungan dari komite wasit dalam setiap pertandingan yang dijalankan. Klub-klub tersebut, kata dia, adalah yang pemilik atau manajemennya juga memiliki jabatan di PSSI.

"Di wilayah komite perwasitan itu selalu menopang klub-klub yang dihuni oleh orang yang merangkap jabatan. Misalnya, klub itu ada pejabatnya di PSSI. Itu yang saya tahu," ujar Vigit.

Menurut Vigit, jika persepakbolaan Indonesia ingin maju dan berkembang, satu-satunya jalan yang harus ditempuh adalah merombak total jajaran pengurus PSSI. Ia mengatakan, pengurus PSSI saat ini banyak yang memiliki kepentingan sehingga membuat jalannya liga di Indonesia tidak sehat.

"PSSI perlu reformasi total. Dalam keadaan seperti ini, semua pihak ada kepentingan masing-masing," kata Vigit.

BACA JUGA: Gaya Hidup 'BPJS' Buat Selebritis Terjun ke Prostitusi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement