Kamis 24 Jan 2019 18:27 WIB

Blak-blakan Ala Vigit Waluyo Usai Diperiksa Satgas Antimafia

Vigit Waluyo hari ini diperiksa sebagai tersangka kasus match fixing sepak bola.

Tersangka kasus dugaan pengaturan pertandingan sepakbola Vigit Waluyo (kiri) didampingi pengacaranya memberikan keterangan seusai menjalani pemeriksaan di ruangan Ditreskrimum Polda Jawa Timur di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (24/1/2019).
Foto: Antara/Umarul Faruq
Tersangka kasus dugaan pengaturan pertandingan sepakbola Vigit Waluyo (kiri) didampingi pengacaranya memberikan keterangan seusai menjalani pemeriksaan di ruangan Ditreskrimum Polda Jawa Timur di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (24/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dadang Kurnia

Tersangka kasus pengaturan skor Vigit Waluyo, pada hari ini diperiksa untuk kali pertama oleh Satgas Antimafia Bola. Seusai menjalani pemeriksaan di Polda Jawa Timur (Jatim), Vigit memberikan keterangan pers, mengungkap apa yang diketahuinya selama ini.

Vigit mengungkapkan bahwa, oknum PSSI dan Komite Wasit yang selama ini membantunya mengatur pertandingan. Oknum PSSI yang dimaksud adalah Anggota Komdis PSSI non aktif Dwi Irianto atau Mbah Putih. Sementara oknum anggota Komite Wasit adalah Nasrul Koto.

"Awalnya ketemu Mbah Putih, dia beri saran saya kepada Mas Nasrul Koto, untuk menemui beliau. Saya temui beliau. Setalah itu pertandingan kami aman-aman saja," kata Vigit, Kamis (24/1).

Vigit mengaku, awalnya dia terlibat pengaturan skor adalah untuk melindungi klub yang dibesarkannya, yaitu PSMP Mojoketro Putra. Vigit merasa PSMP Mojokerto sering 'dikerjai' pihak tertentu, sehingga merasa banyak dirugikan. Maka dari itu, dia mulai menjalin sinergi dengan oknum-oknum tersebut.

"Itu mulai awal kami membuat sinergi, karena selama ini kami tidak pernah membuat sinergi dengan beberapa oknum. Tapi di 2018 ini kami melakukan komunikasi dengan mereka, supaya tidak 'dikerjai' di pertandingan-pertandingan (PSMP Mojokerto Putra)" kata Vigit.

Vigit kemudian mengungkapkan besaran uang yang dikeluarkan kepada oknum Komite Wasit untuk bersedia membantunya mengatur pertandingan. Besaran yang dikeluarkan antara Rp 25 juta hingga Rp 50 juta. Meskipun, dia tidak mau mengungkapkan berapa kali memberikan sogokan kepada komite wasit dalam satu musim.

Tidak hanya ke Komite Wasit, Vigit juga menggelontorkan sejumlah uang kepada wasit yang memimpin pertandingan, untuk mau mengatur pertandingan tersebut. Besarannya berkisar antara Rp 25 juta hingga Rp 30 juta.

"Untuk wasitnya juga diberi bervariasi. Ada yang Rp 25 juta, ada yang Rp 30 juta, ada juga yang kita tekan. Pembagiannya mereka bagi sendiri terserah," ujar Vigit.

Vigit juga mengungkapkan nama-nama klub yang biasa meminta bantuannya untuk mengatur pertandingan di Liga 2 Indonesia. Menurutnya, ada tiga klub yang biasa meminta bantuannya untuk memenangkan pertandingan. Ketiganya adalah PSMP Mojokerto Putra, PSS Seleman, dan Kalteng Putra.

"Klub yang dengan saya hanya PSMP Mojokerto Putra, kemudian Seleman (PSS) dengan Kalteng Putra juga. Mereka meminta saya membantu memenangkan pertandingan," kata Vigit.

"PSSI perlu reformasi total. Dalam keadaan seperti ini, semua pihak ada kepentingan masing-masing," Vigit Waluyo.

Vigit mengaku, dirinya tidak pernah terlibat dalam pertandingan di Liga 1 Indonesia. Menurutnya, dia hanya terlibat pada pertandingan-pertandingan di Liga 2 Indonesia saja, yaitu dengan ketiga klub tersebut. Itu pun, kata dia, hanya melakukan pengaturan pada pertandingan kandang saja.

"Dalam membantu memenangkan pertandingan, kami hanya bermain di home. Enggak pernah bermain di away," ujar Vigit.

Khusus PSS Sleman, menurut Vigit, ada oknum di PSSI yang melindungi agar prestasi klub asal Kabupaten Sleman, DIY itu terus terjaga. "Memang itu sudah ada dalam permainan itu beberapa oknum PSSI melindungi (PSS Seleman) agar prestasi tim terjaga baik," kata Vigit.

Namun demikian, Vigit mengaku tidak menemukan banyak kesulitan untuk membantu memberi kemenangan kepada PSS Sleman. Itu tak lain karena menurutnya, kondisi PSS Sleman, mulai dari materi pemain ataup un pelatih sudah baik. Namun, dirinya tetap 'menitipkan' PSS Seleman kepada Komite Wasit untuk dibantu.

"Kondisi tim sendiri PSS Sleman itu memang bagus. Jadi dalam pertandingan apa pun dia tidak ada kesulitan memenangkan pertandingan. Cuma memang kami menitipkan itu kepada Komite Wasit, agar tetap dilindungi agar tidak ada kontaminasi dari pihak lain," ujar Vigit.

Vigit mengklaim dalam mengendalikan pertandingan, dirinya tidak mencari keuntungan apa pun. Dia hanya menjalankan upaya agar klub yang dia bina, yakni PSMP Mojokerto Putera terus eksis di persepakbolaan Indonesia.

Vigit juga mengaku, cara-cara licik yang dilakukannya, adalah untuk memberikan gambaran kepada PSSI terkait klub-klub di bawah naungannya yang kekurangan dana. Di mana menurutnya, seharusnya PSSI memberi perhatian lebih kepada klub-klub di bawah naungannya, agar kompetisi berjalan sehat.

"Seharusnya PSSI menyadari klub ini butuh dana karena tidak ada APBD. Intinya harus memberikan solusi tentang pendanaan. Kalau dana yang diberikan kecil mana mungkin klub itu bisa ikut kompetisi," ujarnya.

Menurut Vigit, jika persepakbolaan Indonesia ingin maju dan berkembang, maka satu-satunya jalan yang harus ditempuh adalah merombak total jajaran pengurus PSSI. Itu tak lain karena pengurus PSSI saat ini banyak yang memiliki kepentingan. Sehingga, membuat jalannya liga di Indonesia tidak sehat.

"PSSI perlu reformasi total. Dalam keadaan seperti ini, semua pihak ada kepentingan masing-masing," ujar Vigit.

Baca Juga

Satgas terus bekerja

Wakil Ketua Satgas Antimafia Bola Brigadir Jenderal Polisi Krishna Murti mengatakan, pemeriksaan terhadap Vigit agar publik mengetahui bahwa Satgas terus bekerja mengungkap jaringan yang merusak sepak bola Indonesia. Terkait pemeriksaan Vigit, Krishna mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi pihak terkait seperti Dirjen Lapas Kemenkumham, untuk dilakukan pemeriksaan di Polda Jatim.

"Kita sudah punya banyak data, kisi-kisinya Liga 2 banyak sekali data yang kita punya di Liga 2," ujar Krishna.

Krishna menerangkan, pemeriksaan Vigit merupakan pengembangan dari pemeriksaan yang telah dilakukan kepada Anggota Komisi Disiplin PSSI Dwi Irianto atau Mbah Putih. "Ini pengembangan dari Dwi Irianto, bukan hanya terkait PSMP Mojokerto. Tapi saat ini Vigit Waluyo dulu," katanya.

Berdasarkan keterangan Vigit, ada dua modus yang diterapkan para klub untuk bisa bertahan di Liga 1 dan Liga 2 Indonesia. Kedua modus yang dimaksud adalah match fixing dan match setting. Match fixing dilakukan oleh para klum untuk mengatur skor yang disesuaikan kebutuhan para klub-klub yang ingin survive.

"Saat ditanyakan siapa aja yang terlibat, katanya sih hampir semua. Begitu pun match setting juga terjadi di Liga 1 termasuk di Liga 2 Indonesia untuk mengatur siapa yang juara di tahun ini," kata Krishna.

Khrisna menjelaskan, pemeriksaan Vigit merupakan bagian dari rangka penggalian informasi untuk memberantas mafia bola Tanah Air. Saat ini, kata dia, Satgas Antimafia Bola sudah melakukan pemeriksaan terhadap puluhan saksi, dan menetapkan 11 tersangka.

"Yang dijelaskan oleh yang bersangkutan terkait pertandingan di Liga 2 jadi ini adalah kegiatan yang berlanjut bukan kegiatan baru dalam rangka melengkapi berkas dan membongkar praktik mafia bola Tanah Air," ujar Krishna.

photo
Polisi Tangkap Exco PSSI

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement