Kamis 24 Jan 2019 13:38 WIB

20 Orang Meninggal Akibat Banjir dan Longsor di Gowa

Jumlah korban meninggal akibat banjir dan longsor di Gowa terus bertambah.

Warga menyaksikan aliran air dari Bendungan Bili-bili di Gowa, Sulawesi Selatan, Rabu (23/1/2019).
Foto: Antara/Yusran Uccang
Warga menyaksikan aliran air dari Bendungan Bili-bili di Gowa, Sulawesi Selatan, Rabu (23/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, GOWA -- Pemerintah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, menyatakan jumlah korban meninggal dunia akibat banjir dan tanah longsor bertambah menjadi 20 orang. Selain menimbulkan korban jiwa, banjir dan longsor juga merusak sejumlah infrastruktur salah satunya Jembatan Bongaya.

"Hari ini,  per tanggal 24 Januari, pukul 11.00 WITA, ditemukan lagi delapan orang. Jadi total sudah 20 yang ditemukan," ujar Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan do Gowa, Kamis (24/1).

Ichsan mengatakan hari pertama musibah bencana alam atau pada Selasa (22/1), ditemukan enam orang korban meninggal dunia karena banjir.  Hari kedua setelah meluapnya sungai Jeneberang, Rabu (23/1) kembali ditemukan lima warga meninggal dunia karena tertimbun reruntuhan longsor serta ditambah satu lagi, sehingga total semuanya menjadi 12 orang korban meninggal dunia.

Baca juga: Banjir di Gowa Sebabkan Dua Ribu Jiwa Mengungsi

Hasil pencarian oleh tim evakuasi, kembali menemukan delapan orang korban meninggal dunia di Kecamatan Bungaya. Delapan korban meninggal dunia yakni, Daeng Tola, Daeng Bola, Hamsar, Andri, Daeng Jarung, Hj Naha, H Saeni dan Daeng Leo. Ichsan mengatakan, korban meninggal dunia yang berhasil didata oleh tim penanggulangan bencana di lapangan pada hari pertama yakni, Daeng Sadda (65) warga Kecamatan Manuju, Lina (30) juga warga Kecamatan Manuju.

Kemudian bocah perempuan Ulfa berumur tiga tahun, Sri Wahyuni (11) dan Acce (21) yang semuanya adalah warga Kecamatan Manuju, menjadi korban akibat longsor.  Sedangkan lima korban sebelumnya yakni, bocah Akram Al Yusran (3), warga Pangkabinanga, Rizal Lisantrio (48) warga BTN Batara Mawang karena tersengat listrik, Sarifuddin Dg Baji, serta seorang bayi yang belum teridentifikasi. Kemudian dua korban longsor lainnya juga belum teridentifikasi.

Adapun 17 orang warga yang dinyatakan hilang di Desa Pattalikang, Kecamatan Manuju yakni, Mansyur (45), Lallo, Rahmatiah (45), Daeng Lobo,  Yana (10), Nurjannah (33), Asni (35), Sukma (45), Nurhipayah (20), bocah satu tahun Sikran. Kemudian pria paruh baya Daeng Bina (65), bocah satu tahun Rahul, Rapi (30), Basma (40), Bulan (15), Isra (30), dan Daeng Suji (40). Bupati mengatakan semua korban hilang ini adalah warga Kecamatan Manuju yang masih di cari oleh tim gabungan

Adnan menambahkan, dalam musibah itu, selain korban banjir dan longsor, empat sarana infrastruktur jembatan penghubung jugadinyatakan terputus. Satu diantaranya adalah jembatan Bongaya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement