REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus memantau secara intensif terhadap elevasi air Bendungan Bili-Bili yang berada di di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Di mana, pada saat ini curah hujan ekstrem telah mengakibatkan naiknya tinggi muka air (TMA) bendungan.
"Langkah-langkah yang telah dilakukan akibat terjadinya peningkatan TMA Bendungan Bili-Bili sudah sesuai SOP Bendungan. TMA +101.87 meter menjadi elevasi tertinggi dalam catatan pengoperasian Bendungan Bili-Bili," ujar Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Hari Suprayogi dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Rabu (23/1).
Hari mengatakan bahwa curah hujan ekstrem telah mengakibatkan naiknya TMA Bendungan Bili-Bili. Dari data yang dihimpun di tiga pos curah hujan pada Selasa (22/1/2019), curah hujan di Pos Limbungan tercatat 328 mm, Pos 1 (Bawakaraeng) sebesar 308 mm dan Pos Lengkese tercatat sebesar 329 mm.
Berdasarkan pola operasi bendungan, telah ditetapkan empat tingkatan status bahaya yakni :
1. Status Normal ; TMA + 99.50 meter
2. Status Waspada ; TMA + 100 meter
3. Status Siaga ; TMA +101.60 meter dan
4. Status Awas ; TMA +103.00. meter
Menurut data yang dihimpun dari Kementerian PUPR, melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, perkembangan TMA di Bendungan Bili-Bili pada Rabu 23 Januari 2019 pada pukul 11.00 WITA tercatat TMA + 100,77 meter dengan Status Siaga.
Kementerian PUPR mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh terhadap berita-berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Kementerian PUPR melalui BBWS Pompengan Jeneberang dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten ,Gowa dan sekitarnya akan terus menyampaikan informasi terbaru tinggi muka air Bendungan Bili-Bili dan tingkatan bahayanya.
Bendungan Bili-Bili adalah bendungan terbesar di Sulawesi Selatan yang terletak di Kabupaten Gowa. Bendungan Bili-Bili dibangun mulai tahun 1991 hingga tahun 1999. Bendungan dengan luas 40.428 hektare dan kapasitas tampung 375 juta m3 ini dibangun dengan biaya Rp 780 miliar.
Bendungan Bili-Bili dibangun untuk mengurangi risiko banjir di Kota Makassar dan sekitarnya akibat luapan air Sungai Jeneberang di bagian hilir. Bendungan Bili-Bili juga menjadi sumber air untuk irigasi dan air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDM) Gowa dan Makassar.