Selasa 22 Jan 2019 22:10 WIB

Pemilu Aceh Pikat Minat Kedubes Inggris untuk Belajar

Keberadaan partai politik lokal di Aceh merupakan daya tarik tersendiri.

Pengunjung melihat miniatur Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Rumah Pintar Pemilu, Komisi Independen Pemilihan Aceh Barat, Aceh, Sabtu (1/12).
Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Pengunjung melihat miniatur Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Rumah Pintar Pemilu, Komisi Independen Pemilihan Aceh Barat, Aceh, Sabtu (1/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH— Kedutaan Besar Inggris berkunjung ke Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA). Kunjungan ini untuk mencari masukan terkait dengan Pemilu 2019 di provinsi itu.

Dalam kunjungan ke DPRA, delegasi Kedubes Inggris diwakili Political Officer Ramon Sevilla dan Ardi Hendarto. Kedatangan delegasi Kedubes Inggris diterima Komisi I DPRA di Ruang Badan Anggaran DPRA di Banda Aceh, Selasa (22/1).

Political Officer Kedubes, Inggris Ramon Sevilla, mengatakan kunjungan mereka untuk mencari masukan terkait dengan pemilu serta perkembangannya menjelang pemilihan umum serentak di Provinsi Aceh. 

"Kami ke Aceh untuk mengetahui bagaimana kira-kira proses pemilu anggota legislatif dan pemilu presiden, termasuk potensi konflik dalam pemilihan umum tersebut," kata Ramon. 

Menurut dia, Pemilu 2019 merupakan ajang pemilu yang paling kompleks di dunia. Di mana pemilu tersebut digelar bersamaan antara pemilu anggota legislatif dengan pemilu presiden. 

Masyarakat luar negeri dan Inggris, kata dia, memiliki ketertarikan terhadap proses pemilu di Aceh. Provinsi ini berbeda dengan daerah lainnya karena di Aceh ada partai politik lokal. 

"Jadi, kami ingin mengetahui bagaimana perkembangan Pemilu 2019 dari DPRA. Masukan kami dapat dari Aceh ini akan kami diskusikan di Jakarta maupun London," kata Ramon Sevilla.

Ketua Komisi I DPRA Azhari Cage mengapresiasi kunjungan Kedubes Inggris. Kunjungan tersebut merupakan kehormatan bagi DPRA untuk menjelaskan isu-isu terkait dengan pemilu di Aceh.

"Dalam pertemuan dengan Kedubes Inggris tersebut banyak yang kami jelaskan terkait dengan perkembangan pemilu di Aceh. Masyarakat Aceh antusias menyambut pemilu," katanya.

Azhari menyebutkan, potensi konflik dalam setiap pemilu tetap ada. Namun, untuk pemilu legislatif sangat kecil sekali karena banyaknya pilihan.

Akan tetapi, potensi konflik di pemilu presiden kemungkinan lebih besar karena pilihan hanya dua.

Menurut dia, potensi konflik dalam pemilu tersebut hingga kini belum mencuat dan tidak pada ada fisik, tetapi masih sebatas di media sosial.

"Kendati begitu, potensi konflik ini juga sudah diantisipasi pihak kepolisian," kata Azhari.  

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement