Senin 21 Jan 2019 15:46 WIB

3 Balita Meninggal Dunia Akibat DBD di Kota Bogor

Sebelumnya dikabarkan terdapat 43 warga Kota Bogor yang terjangkit DBD.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Andi Nur Aminah
Ilustrasi Kaki Bayi
Foto: Pixabay
Ilustrasi Kaki Bayi

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Di awal tahun 2019, terdapat 93 warga Kota Bogor yang terjangkit penyakit demam berdarah dengue (DBD). Jumlah tersebut naik drastis hanya dalam kurun waktu tiga hari.

Sebelumnya dikabarkan pada Jumat (18/1), terdapat 43 warga Kota Bogor yang terjangkit DBD. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, tiga balita warga Kota Bogor dilaporkan meninggal akibat DBD.

Baca Juga

“Ketiga balita yang meninggal ini adalah pasien di RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Cibinong, RS Karya Bhakti Pratiwi, dan di RS FMC,” kata Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Surveilance (P3MS) Dinkes Kota Bogor Sari Chandrawati kepada Republika.co.id, di Kota Bogor, Senin (21/1).

Sari menjelaskan, saat ini Dinkes telah menggelar aksi pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara serentak pada Ahad (20/1) lalu. Dalam aksi tersebut, pihaknya melibatkan jajaran pejabat dan petugas dari unsur kecamatan serta kelurahan, puskesmas, dan masyarakat.

Sari mengatakan, dengan adanya kasus penyebaran virus dengue di sekolah, PSN yang berlangsung juga dilakukan di sekolah-sekolah. Berdasarkan data Dinkes Kota Bogor, dia mengatakan, terdapat 727 penderita DBD secara akumulatif pada 2018.

Usia rentan yang dapat terjangkit DBD berada di usia 5 hingga 14 tahun. “Sebanyak 403 kasus, atau 55,4 persen kasus DBD adalah anak usia sekolah, di kisaran sekolah TK, SD, dan SMP,” kata Sari.

Meski terjadi lonjakan jumlah penderita DBD dalam waktu singkat, Sari menegaskan hingga saat ini kasus tersebut belum berubah status menjadi kejadian luar biasa (KLB). Di mana pada tahun tersebut, sebanyak 1.125 enderita DBD dengan kasus kematian mencapai 11 orang, tertinggi dari jumlah kasus kematian yang pernah ada di Kota Bogor dalam kurun lima tahun terakhir.

Adanya musim pancaroba, kata dia, harus digalakkan secara serius oleh para masyarakat dalam gerakan PSN. Pasalnya, angka bebas jentik di Kota Bogor baru mencapai 92,5 persen dari target yang harusnya berada di 95 persen.

Kegiatan PSN harus dapat dimaksimalkan tak hanya menjelang musim hujan, pancaroba, atau musim di mana perkembangbiakkan nyamuk semakin cepat. Untuk itu pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk dapat memperhatikan wilayah sekitar yang rentan dihinggapi nyamuk //aedes aegypti.

“Seperti kaleng-kaleng bekas, pot bunga, atau wadah-wadah yang terbuka, lebih baik dibalikkan saja supaya tidak berpotensi jadi tempat perindukan jentik,” kata dia.

Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor Fakhrudin mengatakan, Dinkes Kota Bogor sudah mengirimkan surat imbauan terkait peningkatan kewaspadaan pada wabah DBD di Kota Bogor. Dia pun telah mendengar laporan mengenai adanya penularan virus DBD dari sekolah-sekolah kepada anak sekolah didik yang menyebabkan gangguan serius. 

“Saya sudah imbau ke semua sekolah baik itu PAUD, TK, SD, dan SMP pada saat apel pagi tadi. Saya minta PSN dilakukan secara kontinyu agar lingkungan sekolah dapat terjamin, terbebas dari peredaran sarang nyamuk,” kata dia.

Fakhrudin juga menyebut telah melakukan sosialisasi ke semua sekolah di Kota Bogor. Tujuannya untuk terus meningkatkan kewaspadaan terhadap musim pancaroba yang dapat memicu perkembangbiakkan nyamuk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement