Jumat 18 Jan 2019 22:01 WIB

Ubah Gaya Hidup demi Hindari Lima 'Pembunuh' Tertinggi Ini

Kemenkes akan keluarkan aturan labeling asupan gula garam lemak (GGL)

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Asupan gula dan garam yang berlebihan bisa menyebabkan munculnya berbagai penyakit.
Foto: flickr
Asupan gula dan garam yang berlebihan bisa menyebabkan munculnya berbagai penyakit.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan kunci untuk mencegah penyakit tidak menular (PTM) yaitu dengan perubahan gaya hidup. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Cut Putri Arianie mengatakan, deretan PTM seperti jantung, hipertensi, stroke, diabetes dan kanker pada saat ini menyebabkan kematian tertinggi di indonesia.

Selain itu juga pembiayaan program jaminan kesehatan nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) termahal. Ia menyebut semua jenis penyakit itu karena sebab yang sama yaitu merokok, asupan gula garam lemak (GGL) yang berlebih, kurangnya aktivitas fisik, dan kurang memakan sayur dan buah.

"Padahal, sebenarnya semua jenis penyakit ini bisa dicegah yaitu dengan perubahan gaya hidup," katanya saat ditemui di konferensi pers temu media bertema Hari Gizi Nasional 2019, di Jakarta, Jumat (18/1).

Karena itu, ia meminta masyarakat mengatur gaya hidup dan perilakunya yaitu terkait konsumsi GGL. Rinciannya yaitu gula jangan sampai lebih dari 50 gram atau setara 4 sendok makan per hari kemudian garam maksimal satu sendok teh yaitu setara 2000 mg dan lemak tidak lebih dari lima sendok makan atau setara 67 gram.

Kemudian, ia meminta masyarakat rajin mengecek berat badannya. Ia menambahkan cara paling gampang mengukur berat badan dan bisa mengetahui obesitas atau tidak dengan mengukur lingkar perut yaitu wanita yang tidak lebih dari 80 cm kemudian laki-laki kurang dari 90 cm. 

"Kalau sudah lebih (berat badannya) bagaimana?sesuaikan konsumsi yang harus sama dengan aktivitas fisik. Masyarakat bisa berjalan kaki minimal 10 ribu langkah kaki," ujarnya.

Ke depannya, ia menyebut Kemenkes mendorong peraturan menteri kesehatan (permenkes) mengenai labelling GGL untuk memudahkan masyarakat melihat GGL pada makanan olahan. Ia menyebut sebenarnya  di luar negeri sudah menerapkan mekanisme labelling GGL, jadi kalau kadar GGL di satu makanan sudah berlebih maka akan diberi label merah. Karena itu, ia meminta komitmen industri makanan untuk kerja sama dan koordinasi terkait hal ini. Kemudian juga ang tak kalah penting adalah konsumsi sayuran dan buah.

Ia menyebut konsumsi sayur dan buah setiap orang idealnya 400 miligram (mg) per hari, 12 kilogram (kg) per bilannya dan setiap tahun 150 kg. Kendati demikian, ia menegaskan untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan peran dan kontribusi antarkementerian dan lembaga.

Ia menyontohkan terkait mendukung aktivitas fisik maka pemerintah harus menyediakan fasilitas unum dan pedestrian supaya bisa jalan kaki dan itu merupakan ranah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR)."Jadi untuk mewujudkannya dibutuhkan kerja sama lintas sektor," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement