Jumat 18 Jan 2019 16:42 WIB

Taman Jurug Targetkan Jadi Lembaga Konservasi Tipe A

Untuk menjadi lembaga konservasi tipe A membutuhkan biaya Rp 427,5 miliar

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Perusahaan Umum Daerah (Perusda) Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-43 di kawasan TSTJ, Solo, Kamis (17/1). Pemotongan tumpeng dilakukan oleh Wakil Wali Kota Solo Achmad Purnomo.
Foto: Republika/Binti Sholikah
Perusahaan Umum Daerah (Perusda) Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-43 di kawasan TSTJ, Solo, Kamis (17/1). Pemotongan tumpeng dilakukan oleh Wakil Wali Kota Solo Achmad Purnomo.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) menargetkan menjadi lembaga konservasi tipe A pada 2020. Dengan predikat tersebut, TSTJ dapat menjadi lokasi untuk penelitian dari dalam dan luar negeri.

Saat ini, baru ada empat lembaga konservasi bertipe A, di antaranya, Raman Safari 1, Taman Safari 2, Taman Safari 3, dan Gelanggang Samudera di Taman Impian Jaya Ancol.

Direktur TSTJ, Bimo Wahyu Widodo Dasir Santoso, mengatakan, pemerintah telah menunjuk dua lembaga konservasi sebagai pilot project untuk menjadi tipe A, yakni TSTJ dan Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi. Menurutnya, untuk menjadi lembaga konservasi tipe A butuh biaya besar. Payung hukum berupa Peraturan Daerah (Perda) sudah diterbitkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Solo untuk mendukung rencana tersebut.

"Menurut Perda, untuk menjadi lembaga konservasi tipe A membutuhkan biaya Rp 427,5 miliar," ungkap Bimo di sela-sela perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-43 TSTJ, di kawasan TSTJ, Solo, Kamis (17/1).

Pemkot Solo telah memberikan bantuan senilai Rp 225,5 miliar berupa tanah seluas 14,5 hektare. Selain itu, penyertaan modal senilai Rp 3 miliar yangbakan digunakan untuk pembangunan gedung kantor.

Bantuan lainnya dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) senilai Rp 21,5 miliar berupa 10 kandang satwa liar. Kandang tersebut telah selesai dibangun pada 2018 dan diserahterimakan secara resmi di sela-sela perayaan HUT tersebut.

"Jadi kami masih butuh Rp 190 miliar lagi untuk mewujudkan lembaga konservasi tipe A. Kalau sudah tipe A akan bisa dijadikan riset zoo, bisa dipakai riset sehingga bisa kerjasama dengan luar negeri," imbuh Bimo.

Ke depan, lanjutnya, TSTJ akan terus berkoordinasi dengan Kementerian terkait, pemerintah provinsi dan Pemkot untuk menambah bantuan uang atau barang. Bantuan barang yang dibutuhkan seperti kandang atau pakan. Selain itu, juga progeam adopsi satwa. "Program adopsi satwa itu, satwa tidak diambil keluar tapi menjaga satwa sampai beranak pinak nanti dipindah ke lembaga konservasi lain atau dilepasliarkan," ungkapnya.

Setelah adanya berbagai pembenahan termasuk bantuan kandang satwa tersebut, Bimo menyebut adanya peningkatan jumlah kunjungan yang cukup signifikan. Pada 2017, jumlah pengunjung TSTJ mencapai 488 ribu pengunjung. Kemudian meningkat menjadi 512 ribu pengunjung pada 2018.

Saat ini, TSTJ memiliki total satwa sebanyak 386 ekor satwa yang terdiri dari 70 spesies. "Rencananya, nanti ada tambahan satwa ada Lamongan, Bandung, kemudian Gembira Loka," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement