Jumat 18 Jan 2019 09:14 WIB

Potensi Banjir Lahar Dingin Gunung Merapi Ancam Yogya

Kawasan yang dilalui sungai berhulu lereng Gunung Merapi berpotensi diterjang.

Red: Nur Aini
Asap putih keluar dari puncak Gunung Merapi terlihat dari kawasan Balerante, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, Senin (7/1/2019).
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Asap putih keluar dari puncak Gunung Merapi terlihat dari kawasan Balerante, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, Senin (7/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta tetap mewaspadai potensi terjadinya banjir lahar hujan di sejumlah sungai berhulu gunung Merapi saat puncak musim hujan pada Januari 2019.

"Potensi banjir pada puncak musim hujan, kami lebih memfokuskan pada aliran sungai berhulu gunung Merapi yang berpotensi dilalui banjir lahar hujan," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sleman, Makwan, di Sleman, Jumat (18/1).

Menurut dia, kawasan yang dilalui sungai berhulu di lereng gunung Merapi seperti Sungai Gendol, Opak, Kali Kuning, Boyong, dan Krapyak memiliki potensi diterjang lahar hujan.

"Sampai saat ini di puncak gunung Merapi masih terdapat jutaan meter kubik material vulkanis sisa erupsi 2010, ini berpotensi terjadi hujan lahar dingin jika di puncak terjadi hujan deras dengan durasi lama," katanya.

Ia mengatakan, selain itu beberapa wilayah Kabupaten Sleman memiliki potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor.

"Kami telah memetakan lokasi mana saja yang rawan bencana hidrometeorologi pada musim hujan ini. Wilayah tersebut meliputi Kecamatan Gamping, Seyegan, Godean, Cangkringan, dan Prambanan. Wilayah Kecamatan Prambanan yang terdapat perbukitan memiliki potensi longsor paling besar," katanya.

Ia mengatakan, potensi banjir juga terjadi akibat drainase yang kurang baik. Hal itu, akibat dari perilaku masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan.

"Akibatnya drainase tersumbat. Biasanya lokasinya di daerah perkotaan seperti Kecamatan Mlati, Depok, dan Ngaglik," katanya.

Kepala Seksi Mitigasi Bencana BPBD Kabupaten Sleman, Joko Lelono, mengatakan, wilayah dengan topografi perbukitan memiliki potensi longsor yang besar.

"Kami telah melakukan langkah antisipasi, salah satunya dengan memasang perangkat peringatan dini (EWS) di lokasi yang rawan longsor," ujarnya.

Ia mengatakan, EWS tersebut dilengkapi dengan sensor yang dapat menangkap curah hujan. "Selain itu ada extensometer dan tiltmeter. Kondisinya mayoritas masih tergolong baik dan berfungdi normal," kata Joko.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement