Rabu 16 Jan 2019 21:00 WIB

Selama 2019, Delapan Jiwa Meninggal di Sulut Akibat DBD

Kasus DBD meningkat karena curah hujan di Manado cukup tinggi

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pengasapan cegah DBD.
Foto: Antara.
Pengasapan cegah DBD.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulawesi Utara (Sulut) mengonfirmasi mulai awal Januari 2019 hingga pertengahan Januari 2019 sebanyak delapan jiwa meninggal dunia di Sulut akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Sulut Steaven Bandel mengatakan, peningkatan kasus DBD terjadi di beberapa tempat seperti Kota Manado, Minahasa Tenggara, Minahasa Utara hingga di Sangihe. Berdasarkan data yang diperoleh dari awal Januari 2019 hingga tanggal 15 Januari 2019, ia menyebut 481 kasus DBD telah terjadi di Sulut dan setengahnya terjadi di Manado.

"Kemudian delapan jiwa diantaranya terkonfirmasi meninggal dunia akibat DBD. Rinciannya lima jiwa meninggal dari Manado, satu jiwa di Bitung, satu jiwa di Minahasa Tenggara, kemudian satu jiwa di Kepulauan Sangihe," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (16/1).

Ia menyebut kasus DBD tertinggi terjadi di Manado karena curah hujan di ibu kota Sulut tersebut sangat tinggi utamanya setelah natal dan tahun baru bahkan sampai ada imbauan pemerintah supaya waspada untuk bencana banjir. Apalagi, ia menyebut daerah urban seperti Manado memiliki banyak wadah-wadah atau ban bekas yang menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti tersebut. Pihaknya mencatat puncak kejadian DBD tertinggi di Sulut adalah pekan lalu dimana sehari

yang masuk rumah sakit bisa sampai 50 orang yang artinya 50 kasus baru. Kini, ia mengklaim jumlah penderita DBD di Sulut mulai menurun.

"Kami pantau sampai kemarin dan trennya turun cukup bermakna karena yang masuk rumah sakit (RS) akibat DBD sekarang 15 orang per hari," ujarnya.

Tak hanya itu, pihaknya juga melakukan penyelidikan epidemiologi untuk setiap kasus yang diduga DBD. Dinkes Sulut, dia menambahkan, juga melakukan larvasida atau abatesasi, upaya 3 M yaitu menguras, mengubur, dan menutup untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Upaya pengasapan atau fogging juga dilakukan di tempat terkonfirmasi terjadi DBD. Tak hanya itu, ia menyebut Dinkes Sulut telah mengajukan permohonan cairan dan tambahan obat seperti oralit ke Kementerian Pusat. Kini, dia menambahkan, obat-obatan untuk DBD tersebut sudah diterima Dinkes Sulut dan didistribusikan ke dinas kesehatan kabupaten dan nantinya distribusikan ke fasilitas kesehatan.

Karena itu, ia menambahkan, Dinas Kesehatan Sulut hingga saat ini belum menyatakan Kejadian luar biasa (KLB) DBD. Kendati demikian, ia memastikan Dinkes Sulut telah mengirimkan W1 atau laporan menyatakan KLB ke pemerintah pusat. Ia menyebut meski kasus dan kematian DBD berupaya ditekan pemerintah, pihaknya meminta masyarakat juga rutin membersihkan lingkungan dari sarang

nyamuk utamanya yang menjadi tempat perindukan seperti ban bekas, sampah. Masyarakat juga diminta segera memeriksakan anggota keluarganya.

"Karena kasus kematian akibat DBD terjadi karena terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan. Jadi begitu ada yang panas, jangan ditahan di rumah," ujarnya.

Ketika penanggulangan DBD dilakukan pemerintah dan masyarakat, Dinas Kesehatan Sulut berharap kasus DBD cepat teratasi dan angka kematian diminimalisasi. N

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement