Kamis 17 Jan 2019 06:13 WIB

Mungkinkah Tiket Pesawat Kembali Murah?

Selain avtur, INACA juga sempat menyoroti biaya-biaya kebandaraan untuk pesawat.

Penumpang maskapai Citilink dengan rute Silangit-Halim Perdanakusuma Jakarta bergegas memasuki pesawat di Bandara Internasional Silangit, Tapanuli Utara, Sumut, Senin (11/12).
Foto: Antara/Andika Wahyu
Penumpang maskapai Citilink dengan rute Silangit-Halim Perdanakusuma Jakarta bergegas memasuki pesawat di Bandara Internasional Silangit, Tapanuli Utara, Sumut, Senin (11/12).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Intan Pertiwi

JAKARTA -- Pemerintah sedang mencari celah untuk menurunkan biaya operasional maskapai penerbangan. Dengan berkurangnya beban operasional, maskapai bisa lebih leluasa untuk menurunkan tarif tiket penerbangan.

Sejumlah maskapai terpaksa mengerek tarif karena tingginya biaya operasional. Salah satu komponen terbesarnya adalah untuk pembelian bahan bakar, yaitu avtur (aviation turbine fuel).

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno tak menampik harga avtur di Indonesia lebih tinggi dibandingkan beberapa negara. Akan tetapi, ia menegaskan, harga avtur tak bisa diubah begitu saja karena sudah disepakati dalam kontrak bisnis antara PT Pertamina (persero) dan pihak-pihak terkait.

Oleh karena itu, Pertamina sebagai penjual tunggal avtur di dalam negeri dinilai tak bisa ditekan untuk menurunkan harga. "Avtur ini ada hitungan-hitungan bisnisnya. Kita tidak bisa merombak harga atau menekan Pertamina karena Pertamina juga punya cost yang harus dihitung," kata Rini kepada wartawan di Jakarta, Rabu (6/1).

Menurut Rini, beban operasional maskapai bisa dikurangi dari biaya-biaya kebandaraan oleh Angkasa Pura. "Landing fee mungkin kita bisa turunkan sedikit. Itu ada di AP I dan AP II," ujar Rini.

Penurunan beban operasional maskapai juga sedang dicarikan solusinya oleh Menteri ESDM Ignasius Jonan. Jonan menyoroti harga avtur di dalam negeri yang dinilainya tak kompetitif. Ia mengusulkan agar ada pengurangan beban pajak supaya harga avtur bisa lebih murah.

“Harga avtur harus bisa kompetitif. Kalau mau dikurangi, yang dikurangi adalah kebijakan pajaknya," kata Jonan.

Jonan menjelaskan, mekanisme penentuan harga avtur tidak sama seperti bahan bakar minyak (BBM). Ia menjelaskan, harga avtur di setiap daerah juga berbeda karena sangat bergantung pada biaya distribusi. Hanya saja, menurutnya, untuk di kota-kota besar, ia menilai harga avtur mestinya bisa lebih kompetitif.

"Di daerah, seperti Merauke dan Tarakan, mungkin bisa ditambahkan komponen harga. Namun, di Makassar, Surabaya, dan Bali, harganya harus kompetitif," ujar Jonan.

Ia mengaku telah meminta Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar untuk mengkaji hal tersebut. "Ini saya minta Pak Wakil Menteri ESDM untuk mengecek karena sudah mulai diributkan," kata Jonan.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berencana melakukan pertemuan dengan Ignasius Jonan untuk membahas harga avtur. Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Hengki Angkasawan menjelaskan, harga avtur akan dirapatkan antarkementerian.

Ketua Asosiasi Perusahaan Penerbangan Indonesia (INACA) I Gusti Ngurah Ashkara Danadiputra sebelumnya mengatakan, penurunan harga tiket pesawat bisa turun signifikan jika harga bahan bakar avtur turun. Sebab, komponen bahan bakar dari biaya operasi maskapai cukup besar, yakni 40-45 persen. Adapun harga avtur di Indonesia disebut lebih mahal 16 persen dibandingkan harga di banyak negara lainnya.

Selain avtur, INACA juga sempat menyoroti biaya-biaya kebandaraan. Namun, INACA, Kemenhub, dan pengelola bandara menyatakan sudah bersepakat untuk menurunkan biaya kebandaraan. Kesepakatan itu pula yang membuat maskapai anggota INACA sepakat menurunkan tarif dalam kisaran 20-60 persen daripada harga yang berlaku saat libur Natal dan tahun baru 2019.

Berdasarkan situs Pertamina Aviation, harga bahan bakar Jet A-1 yang dijual perseroan di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali, sebesar Rp 8.900 per liter atau setara dengan 61,50 sen dolar AS. Harga avtur di Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta, sebesar Rp 9.150 per liter atau setara 63,60 sen dolar AS. Sementara itu, di Bandara Soekarno-Hatta, avtur dibanderol sebesar Rp 8.110 per liter atau 56 sen dolar AS.

Untuk di daerah Indonesia Timur, seperti di Jayapura, avtur dibanderol sebesar Rp 10.880 per liter atau 75,2 sen dolar AS. Di Kupang, harganya Rp 9.860 per liter atau 68.10 sen dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement